Apakah anak
sudah mulai menunjukkan tanda-tanda keranjingan sosial media? Mungkin sebagai orangtua
yang siaga, kamu membatasinya bermainsosial media sehingga dia tak harus kecanduan sepanjang hari dengan hal itu.
Tapi sebagaimana
banyak kasus yang terjadi di sosial media, misalkan saja seperti kasus putrid artis
cantik Nafa Urbach, Mikhaela Lee Jowono yang jadi korban pelecehan seksual oleh
sekelompok pedofilia di sosial media. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran orangtua terkhusus kepada anak-anak perempuan mereka.
Sebagai generasi
yang dilahirkan di jaman digital ini, orangtua tentu saja tak punya andil apapun
untuk mencegah pertumbuhan teknologi yang semakin tak terbatas. Tapi, orangtua tetap
bisa mengawasi dan mencegah dampak buruk teknologi ini terjadi terhadap anak-anak.
Salah satu cara
paling mudah melindungi anak dari pengaruh buruk mainan baru bernama sosial media
ini adalah dengan terus membangun komunikasi atau percakapan seputar fenomena yang
terjadi di tengah era digital ini. Menjadi orangtua yang lebih banyak tahu soal
dunia maya dan sosial media benar-benar penting guna membantu anak-anak memakai teknologi yang ada di tangan mereka dengan bijak.
Berikut tiga percakapan seputar sosial media yang harus dilakukan orangtua dan anak:
1. Ingatkan anak supaya tidak sembarangan menulis atau memposting sesuatu di sosial media
Bermain sosial
media ibarat naik ke atas panggung dengan sebuah mikrofon. Jika anak sama sekali
tidak punya ide untuk dituliskan maka sebaiknya jangan menulis atau memposting sesuatu di sana.
Banyak anak-anak
remaja yang sengaja merusak diri mereka sendiri dengan mengirimkan hal-hal yang
kurang baik dan tidak pantas di sosial medianya. Padahal jejak sosial media itu
akan terekam sampai kapanpun. Sehingga ketika kelak mereka beranjak dewasa dan harus
masuk keperguruan tinggi atau dunia kerja, banyak orang yang akan mudah menilainya
dari setiap ucapan atau postingannya di sosial media. Kesalahan bisa dihindari apabila
anak menimbang lebih dulu tentang apa yang akan dipostingnya: Apakah halt u adalah
sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi orang lain atau justru hanya akan menimbulkan dampak yang kurang baik?
2. Ingatkan anak untuk tidak menjadikan sosial media sebagai patokan untuk menilai siapa dirinya
Instagram adalah
salah satu sosial media yang paling digandrungi saat ini. Rata-rata penggunanya
pun berlomba mencari popularitas dari postingan-postingan gambar mereka,
berlomba mengumpulkan like dan juga pengikut. Dan hal inilah yang dikhawatirkan
bisa membuat anak kehilangan kendali dan mempengaruhi kepribadiannya secara
tidak langsung. Ada banyak anak remaja yang dalam kasus berubah dalam seketika dan
mulai mengubah dirinya menjadi sesuatu yang menarik perhatian di dunia maya. Akibatnya, anak pun kehilangan jati diri dan gambaran dirinya sebagai pribadi yang utuh.
Karena
itulah penting sekali bagi orangtua untuk menjelaskan ke anak soal gambar diri
dan juga identitas pribadi anak di mata Tuhan. Tanpa sosial media pun anak adalah
pribadi yang berharga dan unik di mata Tuhan. Kepercayaan inilah yang tak boleh hilang dari pemikiran anak.
3. Ingatkan bahwa satu-satunya tujuan dari bermain
sosial media adalah untuk membuat hidup lebih baik dan lebih kaya, bukan malah lebih menderita karena iri hati dan persaingan.
Bukan
rahasia lagi bahwa sosial media bisa jadi wadah yang memicu rasa cemburu, insecure, tertolak, dan keinginan untuk membanding-bandingkan.
Padahal, tujuan
sosial media yang sebenarnya bukan untuk merusak hidup kita. Sebaliknya, sosial
media harusnya jadi wadah untuk memperkaya hidup kita. Karena itu, supaya anak tak
terjebak dengan semua rasa-rasa yang nggak sehat itu, penting bagi orangtua
untuk menjelaskan anak perlu belajar mengendalikan emosi dan membatasi anak membuka sosial media.
Memberikan pemahaman soal baik dan buruknya sosial media kepada anak jauh lebih baik daripada mengawasi setiap aktivitas mereka sepanjang hari. Percayalah, saat pola pikir anak dibenahi maka mereka pastinya akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu hal. Karena itu, teruslah menanamkan nilai-nilai positif kepada anak supaya mereka pun bisa membagikan nilai-nilai positif pula kepada orang lain bahkan lewat sosial medianya.
Sumber : Cbn.com/Jawaban.com