Pembahasan soal
pajak jadi salah satu topik diskusi di acara Temu Masyarakat bersama Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Tokyo, Jepang pada Minggu, 8 Oktober 2017. Mandetnya pembayaran pajak memang jadi salah satu kendala yang dihadapi kementerian keuangan.
Oleh karena itu, seorang warga yang hadir akhirnya menyarankan agar Sri Mulyani bisa melakukan pendekatan keagamaan untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak. Dia pun memberikan contoh seperti dengan mensosialisasikannya di gereja. “Kalau di Kristen ada Perpuluhan. Mungkin ibu atau staf bisa melakukan sosialisasi ke tempat ibadah berbagai agama agar rakyat lebih mau membayar pajak,” ucapnya.
(Baca Juga : Sri Mulyani Ajak Pendeta & Pastor Dorong Umat Ikut Pengampunan Pajak )
Mendengar saran
tersebut, Sri Mulyani pun mengaku bahwa dirinya sudah pernah melakukan pendekatan
semacam itu. Sudah pernah dilakukan pertemuan bersama dengan pemuka agama untuk
ikut mensosialisasikan pajak kepada para umat. Namun untuk menjalankan upaya ini,
dirinya tak ingin jika nantinya jemaat justru kabur karena pemuka agama terlalu banyak bicara soal pajak.
“Kalau saya
sering ke gereja misalnya, lalu pendeta juga bicara pajak terus, nanti umatnya bosen dong jadi tak mau datang ke gereja nanti,” ucap menteri keuangan itu.
Bicara soal
pajak, Sri Mulyani pun mengaitkan soal sikap gotong royong yang tercantum dalam
ideologi Pancasila. Menurutnya upaya yang dilakukan bersama pemuka agama adalah
bentuk kerja sama untuk membangun bangsa. Karena dengan perbedaan yang
dianugerahkan Tuhan bagi Indonesia bisa jadi sebagai alat supaya setiap warga negara bisa
saling bersilaturahmi, saling kenal satu sama lain dan bisa semakin lebih bijak.
“Kalau tidak bergaul dengan orang lain maka jadi picik. Itulah gunanya kebhinekaan yang ada di Indonesia yang sesungguhnya juga merupakan ciptaan Tuhan,” lanjutnya.
(Baca Juga :
Dia juga menekankan
bahwa melalui perbedaan ini, masyarakat Indonesia harus komitmen untuk mau bersatu.
Itulah cara bangsa ini bisa menjalankan pembangunan yang dimulai pendiri bangsa
yaitu Soekarno dan Hatta. “Supaya kita bisa menjadi rakyat yang sejahtera
dengan gotong royong bersama,” tandasnya.