Adalah sebuah kisah seorang turis yang liburan di sebuah pantai Meksiko yang terletak di dusun nelayan. Waktu makan siang, turis ini memperhatikan para nelayan pulang dan menurunkan hasil tangkapan ikan mereka. Kemudian segera bersiap untuk pulang.
(Baca Juga : Willy : Ku Pilih Jual Barang Curian Demi Jadi Kaya Raya)
Merasa penasaran,
turis asal Amerika ini pun menghampiri para nelayan tersebut dan bertanya, “Oh,
tuan, kalau tidak keberatan, bolehkah aku bertanya apa yang sedang kalian lakukan?”
Salah satu nelayan menjawab,” Tuan, aku baru pulang dari melaut, aku senang karena
hasil tangkapan ikan hari ini bisa untuk membayar kebutuhan hidup kami. Jadi aku
sekarang akan pulang dan makan siang dengan istriku. Setelah makan siang aku akan
tidur siang. Di sore harinya aku akan bermain dengan anak-anakku. Kemudian pada
petang hari setelah makan malam, mungkin aku akan ke warung, bermain gitar serta
minum-minum santai bersama beberapa teman. Sungguh menyenangkan sekali,” ucap sang nelayan.
Sang turis pun berkata, “Tuan, apabila tidak keberatan akum au memberikan sedikit saran. Aku adalah profesor mengajar mata kuliah bisnis di sebuah Universitas yang terkenal di Amerika, saat ini aku sedang liburan. Aku berniat mau menolongmu. Bagaimana kalau kamu pergi melaut lagi sehabis makan siang nanti?”
(Baca Juga: Membuang Mimpi Besar Seperti Nelayan Tak Berpengalaman)
Turis itu melanjutkan,
“Kamu bisa mendapat ikan yang jauh lebih banyak. Mungkin dua kali lipat dari
biasanya. Kamu bisa mendapat lebih banyak uang. Dengan uang itu, kamu bisa menggaji
pegawaimu beberapa bulan ke depan dan bisa menambah sebuah perahu lagi. Sehingga jumlah ikan yang kamu tangkap bisa jadi berkali-kali lipat.”
Si turis ini
meyakinkan bahwa apabila sang nelayan melakukannya, dia pasti akan jadi juragan
besar pemilik armada berpuluh-puluh perahu nelayan hanya dalam kurun waktu 5
sampai 6 tahun saja. “Setelah itu kamu bisa memindahkan lokasi perusahaanmu ke
sebuah kota besar dan melebarkan sayap usaha ke bidang-bidang bisnis lainnya. Sebagai
seorang direktur dari perusahaan besar, kamu bisa jadi pengusaha yang punya banyak
duit, bisa membeli saham dan menjualnya sesuai dengan pangsa pasar. Setelah itu kamu bisa pensiun dengan nyaman,” terangnya.
Si turis meyakinkan
kalau sang nelayan akan bisa jadi kaya raya dalam tempo waktu 50 tahun ke
depan. Dia pun memastikan hal itu akan terjadi berdasarkan analisisnya sebagai seorang proefesor di sebuah Universitas.
Sang nelayan
pun mendengarkan penjelasan si turis dengan penuh perhatian. Tapi di akhir percakapan
itu, sang nelayan bertanya, “Tapi tuan, apa yang akan aku lakukan dengan uang yang
sangat banyak itu?” Si turis itu pun mulai berpikir sejenak. Dia bahkan belum bisa
menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Satu-satunya yang terlintas dalam
pikirannya adalah bagaimana caranya bisa menghasilkan banyak uang, tapi tidak pernah berpikir untuk apa uang itu akan digunakan.
Untuk
menjawabnya si turis pun mengatakan, “Dengan uang itu nanti tuan bisa pensiun
dan bisa menikmati hidup dengan santai. Mungkin bisa liburan ke kampung nelayan
yang tenang dan nyaman, seperti kampung ini contohnya. Kamu bisa smembeli
perahu kecil dan pergi menangkap ikan untuk bersenang-senang di pagi hari dan pulang
siang hari untuk makan siang bersama istrimu. Kemudian kamu bisa tidur siang dan
bermalas-malasan atau bermain dengan anak-anakmu. Petang harinya kamu bisa bebas menikmati hidup, pergi ke warung dan menghabiskan waktu dengan teman-temanmu,” jelasnya.
Tapi sang nelayan
itu dengan cepat menjawab, “Bukanlah semua momen menyenangkan itu sama seperti yang aku jalani saat ini?” Sang turis pun terdiam dan tak mampu berkata-kata lagi.
Bahan Renungan
Ada banyak orang
yang bergelimpangan uang dan harta, tapi pada akhirnya mereka justru menginginkan
kehidupan sederhana seperti orang miskin. Mereka hanya memikirkan untuk terus mengumpulkan
uang yang banyak tapi pada akhirnya mereka tak tahu harus mengalokasikan uang itu
untuk apa. Apakah kita juga sama seperti pemikiran profesor itu? Ingatlah apa
yang disampaikan pengkhotbah ini, “Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di
bawah matahari, yang sangat menekan manusia; orang yang dikaruniai Allah kekayaan,
harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya,
tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan
orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.” (Pengkhotbah
6: 1-2).