Pilih Mana? Nelayan Miskin Tapi Sebahagia Orang Kaya  atau Turis Kaya Tapi Hidup Kayak Orang Miskin
Sumber: Global Sojourns Photography

Kata Alkitab / 19 September 2017

Kalangan Sendiri

Pilih Mana? Nelayan Miskin Tapi Sebahagia Orang Kaya atau Turis Kaya Tapi Hidup Kayak Orang Miskin

Lori Contributor
5435

Adalah sebuah kisah seorang turis yang liburan di sebuah pantai Meksiko yang terletak di dusun nelayan. Waktu makan siang, turis ini memperhatikan para nelayan pulang dan menurunkan hasil tangkapan ikan mereka. Kemudian segera bersiap untuk pulang.

(Baca Juga : Willy : Ku Pilih Jual Barang Curian Demi Jadi Kaya Raya)

Merasa penasaran, turis asal Amerika ini pun menghampiri para nelayan tersebut dan bertanya, “Oh, tuan, kalau tidak keberatan, bolehkah aku bertanya apa yang sedang kalian lakukan?” Salah satu nelayan menjawab,” Tuan, aku baru pulang dari melaut, aku senang karena hasil tangkapan ikan hari ini bisa untuk membayar kebutuhan hidup kami. Jadi aku sekarang akan pulang dan makan siang dengan istriku. Setelah makan siang aku akan tidur siang. Di sore harinya aku akan bermain dengan anak-anakku. Kemudian pada petang hari setelah makan malam, mungkin aku akan ke warung, bermain gitar serta minum-minum santai bersama beberapa teman. Sungguh menyenangkan sekali,” ucap sang nelayan.

Sang turis pun berkata, “Tuan, apabila tidak keberatan akum au memberikan sedikit saran. Aku adalah profesor mengajar mata kuliah bisnis di sebuah Universitas yang terkenal di Amerika, saat ini aku sedang liburan. Aku berniat mau menolongmu. Bagaimana kalau kamu pergi melaut lagi sehabis makan siang nanti?”

(Baca Juga: Membuang Mimpi Besar Seperti Nelayan Tak Berpengalaman)

Turis itu melanjutkan, “Kamu bisa mendapat ikan yang jauh lebih banyak. Mungkin dua kali lipat dari biasanya. Kamu bisa mendapat lebih banyak uang. Dengan uang itu, kamu bisa menggaji pegawaimu beberapa bulan ke depan dan bisa menambah sebuah perahu lagi. Sehingga jumlah ikan yang kamu tangkap bisa jadi berkali-kali lipat.”

Si turis ini meyakinkan bahwa apabila sang nelayan melakukannya, dia pasti akan jadi juragan besar pemilik armada berpuluh-puluh perahu nelayan hanya dalam kurun waktu 5 sampai 6 tahun saja. “Setelah itu kamu bisa memindahkan lokasi perusahaanmu ke sebuah kota besar dan melebarkan sayap usaha ke bidang-bidang bisnis lainnya. Sebagai seorang direktur dari perusahaan besar, kamu bisa jadi pengusaha yang punya banyak duit, bisa membeli saham dan menjualnya sesuai dengan pangsa pasar. Setelah itu kamu bisa pensiun dengan nyaman,” terangnya.

Si turis meyakinkan kalau sang nelayan akan bisa jadi kaya raya dalam tempo waktu 50 tahun ke depan. Dia pun memastikan hal itu akan terjadi berdasarkan analisisnya sebagai seorang proefesor di sebuah Universitas.

Sang nelayan pun mendengarkan penjelasan si turis dengan penuh perhatian. Tapi di akhir percakapan itu, sang nelayan bertanya, “Tapi tuan, apa yang akan aku lakukan dengan uang yang sangat banyak itu?” Si turis itu pun mulai berpikir sejenak. Dia bahkan belum bisa menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Satu-satunya yang terlintas dalam pikirannya adalah bagaimana caranya bisa menghasilkan banyak uang, tapi tidak pernah berpikir untuk apa uang itu akan digunakan.

Untuk menjawabnya si turis pun mengatakan, “Dengan uang itu nanti tuan bisa pensiun dan bisa menikmati hidup dengan santai. Mungkin bisa liburan ke kampung nelayan yang tenang dan nyaman, seperti kampung ini contohnya. Kamu bisa smembeli perahu kecil dan pergi menangkap ikan untuk bersenang-senang di pagi hari dan pulang siang hari untuk makan siang bersama istrimu. Kemudian kamu bisa tidur siang dan bermalas-malasan atau bermain dengan anak-anakmu. Petang harinya kamu bisa bebas menikmati hidup, pergi ke warung dan menghabiskan waktu dengan teman-temanmu,” jelasnya.

Tapi sang nelayan itu dengan cepat menjawab, “Bukanlah semua momen menyenangkan itu sama seperti yang aku jalani saat ini?” Sang turis pun terdiam dan tak mampu berkata-kata lagi.

 

Bahan Renungan

Ada banyak orang yang bergelimpangan uang dan harta, tapi pada akhirnya mereka justru menginginkan kehidupan sederhana seperti orang miskin. Mereka hanya memikirkan untuk terus mengumpulkan uang yang banyak tapi pada akhirnya mereka tak tahu harus mengalokasikan uang itu untuk apa. Apakah kita juga sama seperti pemikiran profesor itu? Ingatlah apa yang disampaikan pengkhotbah ini, “Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia; orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.” (Pengkhotbah 6: 1-2).

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami