Karena Iman Kristennya, Pelajar SMA Ini Dibunuh oleh Teman-temannya
Sumber: www.christianpost.com

Internasional / 17 September 2017

Kalangan Sendiri

Karena Iman Kristennya, Pelajar SMA Ini Dibunuh oleh Teman-temannya

Budhi Marpaung Official Writer
10235
Orang-orang Kristen di Australia bersiap untuk mengadakan acara menyalakan lilin pada Jumat (15/9) untuk Sharoon Masih, anak laki-laki Pakistan berusia 17 tahun yang terbunuh karena imannya pada Agustus lalu oleh teman-teman sekelas yang menganut agama mayoritas, rincian tentang kasus tersebut telah mengungkapkan bahwa korban sebelumnya suka disebut “orang Kristen kotor” dan “setan” oleh para siswa di sekolah tersebut.

“Pada hari pertamanya, Sharoon ditampar dan disuruh berdiri di luar kelas sepanjang hari karena tidak mengenakan seragam sekolah. Orang tuanya mengatakan bahwa dia tidak mengenakan seragam karena mereka tidak punya uang untuk membelinya,” lapor British Pakistani Christian Association sebagaimana dilansir Christian Post, Kamis (14/9).

“Ketika dia dipukuli, dia disebut 'orang Kristen yang kotor,' seorang 'setan' dan chura (suatu kata penghinaan untuk orang Kristen). Hinaan terus berlanjut sampai napas terakhirnya, secara harfiah. Selama berhari-hari para siswa Muslim menolak memberikan akses minum bagi Sharoon," tambah BPCA.

“Tidak ada satu pun staf sekolah yang membawa Sharoon ke rumah sakit [tetapi] beberapa murid membawa mayatnya beberapa jam kemudian.”

Anak laki-laki itu dipukuli sampai mati oleh sejumlah siswa pada 27 Agustus lalu, pada hari keempat bersekolah di MC Model Boys Government High School di wilayah Vehari, Punjab.

BPCA mengumumkan bahwa acara penyalaan lilin akan berlangsung di parlemen New South Wales pada Jumat (15/9 – telah berlangsung, red) dan juga menggunakan kesempatan tersebut untuk menyoroti penganiayaan orang-orang Kristen di Pakistan.

Dalam kegiatan tersebut, pihaknya dan orang-orang yang datang berkumpul juga akan menyerukan kepada pemerintah Australia untuk memberikan suaka bagi orang-orang Kristen Pakistan di dalam sebuah petisi baru.

(Ilustrasi / sumber: Al Jazeera)

Petisi tersebut mendesak pemerintah untuk mendukung aplikasi bersama untuk Organisasi yang Telah Disetujui untuk Program Dukungan Masyarakat bagi pendatang kemanusiaan, dan mencantumkan statistik yang sangat meresahkan mengenai penganiayaan yang terjadi di Pakistan:

“Tujuh ratus gadis Kristen diculik, diperkosa dan dipaksa menikah secara agama mayoritas setiap tahunnya.”

“Lima serangan teroris dalam empat tahun telah menghancurkan komunitas Kristen, menewaskan lebih dari 300 korban dan melukai lebih dari seribu orang.”

“Lima belas persen dari semua tuduhan penghujatan ditempatkan terhadap orang-orang Kristen meskipun jumlah mereka hanya 1 persen dari populasi Pakistan.”

“Sembilan puluh lima persen pekerja limbah adalah orang Kristen dengan harga murah tanpa imbalan sosial, diintimidasi di tempat kerja dan dikirim tanpa peralatan keselamatan sehingga menghasilkan 100 kematian.”

“Satu juta budak Kristen bekerja untuk tuan-tuan Muslim meskipun negara tersebut memiliki undang-undang anti-perbudakan sejak 1992.”

BPCA mendesak segenap warga di Australia untuk menandatangani petisi tersebut.

Sementara itu, Riaz Bibi, ibu dari anak laki-laki berusia 17 tahun tersebut mengatakan bahwa anaknya telah diperingatkan untuk tidak bergaul dengan siswa beragama mayoritas di Pakistan.

"Anak saya adalah anak baik hati, pekerja keras dan ramah," kata ibu tersebut.

"Dia selalu dicintai oleh para guru dan murid yang sama mendapatkan kesedihan yang begitu dalam seperti dirinya sehingga dia kerap menjadi sasaran pelajar di sekolah baru karena imannya tersebut," jelas Bibi.

Baca juga artikel berikut: Sulit Meminta Maaf? Mulailah Renungkan 4 Ayat Alkitab Ini

"Sharoon dan saya menangis setiap malam saat dia menggambarkan penyiksaan setiap hari yang dia alami. Dia hanya menceritakan rincian tentang kekerasan yang dia hadapi. Dia tidak ingin mengecewakan ayahnya karena dia memiliki hati yang penuh perhatian terhadap orang lain," tambah Bibi.

Bibi menyatakan bahwa anak-anak yang membenci anaknya menolak untuk mengungkapkan siapa lagi yang terlibat di dalam pembunuhan buah hatinya.

"Namun suatu hari nanti Tuhan akan membuat penghakiman-Nya," pungkas Bibi.

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami