China adalah
salah satu negara komunis yang dikenal banyak melarang pertumbuhan agama di
sana. Pemerintahan yang dikuasai penuh Partai Komunis ini terang-terangan melarang aktivitas agama dari orang-orang Kristen dan juga agama lain.
Sampai saat
ini, sudah banyak gereja yang ditutup dan diambilalih pengelolaannya. Sejak gereja
mereka dikuasai pemerintah, orang Kristen pun dilarang melakukan kegiatan ibadah
di rumah-rumah. Parahnya, baru-baru ini dikabarkan kalau anak-anak pun dilarang untuk menghadiri kebaktian gereja dan masuk dalam komunitas Kristen.
Lebih dari seratus
gereja di Wenzhou, provinsi Zhejiang telah menerima larangan ini pada bulan
Agustus lalu. Semua gereja di sana dilarang untuk mengikut sertakan anak dalam ibadah
dan kegiatan gereja apapun. Pemimpin gereja diperintahkan untuk menolak anak yang datang sekalipun itu bersama dengan orang tua mereka.
Gereja pun
dikenakan sanksi apabila larangan tersebut tidak diindahkan. Larangan ini
diberlakukan karena pemerintah China beralasan anak-anak yang mengikuti ibadah gereja
hanya akan menghalangi anak berkembang dalam pola pikir mereka memandang dunia benar dan nilai-nilainya.
“Anak-anak yang
mendapatkan pendidikan agama dan terlalu dini dibentuk di gereja akan sangat mempengaruhi
penerapan sistem pendidikan normal,” demikian alasan yang dituliskan oleh Pemerintah China.
Menyedihkannya,
gereja-gereja ini tak berdaya untuk mengabaikan perintah itu sebab pemerintah menegaskan akan terus memantau gereja setiap minggunya.
“Ini sangat
serius…Ini sangat tidak menghormati hak asasi manusia, dan kami benar-benar menentangnya…Kami
benar-benar tak tahu kenapa pihak yang berwenang melakukan hal ini,” ucap seorang pendeta gereja tanpa mau disebutkan namanya.
Tak hanya
itu, kekejaman pemerintahan komunitas China ini juga diterapkan di sekolah-sekolah
China. Pada bulan Juni lalu, pemerintah juga menggelar penstabilan penyebaran agama di sekolah-sekolah. Para siswa juga diminta untuk menolak kultus agama.
“China berada
di tengah kebangkitan rohani, dan pemerintah saat ini tampaknya khawatir kalau agama
bisa jadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai asing yang masuk ke China dan pada akhirnya menguatkan pengaruhnya,” ucap William Nee dari Amnesty International.
Maria seorang
ibu Katolik juga menyampaikan bagaimana kegiatan kamp musim panas remaja mereka
dibatalkan tanpa mengungkapkan alasan yang jelas. Meski begitu dia smengaku tak takut dengan tujuan pemerintah China.
“Bahkan kalau
mereka (anak-anak) tidak diijinkan pergi ke gereja, kami para orangtua bisa
menyampaikan keyakinan agama kami kepada anak-anak kami di rumah,” ucap Maria.
Penindasan terhadap
orang-orang Kristen di China jadi semakin intens sejak tahun 2014 silam. Pada
tahun 2016, rencana untuk memangkas kekristenan dan menerapkan paham ateis di
China.