Tuhan Kok Beranak? Melihat Lebih Dalam Konteks Mengapa Yesus Disebut Anak Allah

Kata Alkitab / 11 September 2017

Kalangan Sendiri

Tuhan Kok Beranak? Melihat Lebih Dalam Konteks Mengapa Yesus Disebut Anak Allah

Dermawan Laoli Contributor
21981

Tuhan kok beranak? Pertanyaan ini sering yang dilontarkan orang-orang yang sebenarnya tidak mengerti pokok-pokok ajaran Kristen atau memandang ajaran Kristen dengan cara pandang yang keliru. Memahami Alkitab tidak segampang memahami majalah, koran atau sumber berita lainnya, kesulitan untuk memahami Alkitab disebabkan karena ada jarak antara penulis Alkitab dengan kita yang hidup zaman sekarang. Gap atau jarak yang paling sering menyulitkan kita dalam memahami Alkitab adalah adanya perbedaan waktu, bahasa, budaya serta keadaan sosial politik antara penulis Alkitab dengan kita yang hidup di zaman sekarang. Karena Alkitab tidak ditulis di zaman kita, tidak ditulis dengan bahasa kita dan tidak ditulis dengan latar belakang budaya kita, tidak sedikit orang yang salah paham dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab. Maka untuk memahami Alkitab ada dua hal yang harus benar-benar kita pahami, yaitu teks Alkitab dan konteks Alkitab, melihat latar belakang sejarah, bahasa dan budaya penulisan sebuah teks Alkitab merupakan hal multlak yang perlu diperhatikan. Hal yang harus dipahami disini adalah bahwa yang dimaksud dengan “Yesus Anak Allah” dalam ajaran Kristen bukanlah dalam pengertian anak biologis. Untuk mengerti istilah ini maka kita perlu melihat kepada latar belakang historis atau sejarah relasi Allah dengan bangsa Israel.

Istilah Anak Allah harus kita pahami dalam pengertian pada masa itu (masa penulisan Alkitab), istilah ini jangan diartikan dalam pengertian kita saat ini, jika pengertian kita tentang “Yesus Anak Allah” mengarah kepada pengertian  “Allah memiliki anak secara biologis”, maka pengertian tersebut keliru karena tidak sesuai dengan maksud dan tujuan penulis pada zaman itu. Coba perhatikan ayat berikut:

Yohanes 5:18 “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat,  tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah”.

Sangat jelas, ayat di atas menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa konteks “Anak Allah” pada zaman itu bukan mengarah kepada pengertian anak secara biologis, pengertian ini mengarah kepada pengertian sehakekat atau sama dengan Allah.

Dalam tradisi Yahudi, gelar “Anak Allah” dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu jamak (anak-anak Allah) dan singular (anak Allah).

Istilah jamak/plural (anak-anak Allah) sering dipakai dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, istilah ini mengacu kepada hubungan yang erat antara manusia dengan Allah, misalnya Matius 5:9 “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”.

Sementara istilah singular (Anak Allah) merupakan gelar dalam bentuk tunggal yang ditujukan kepada Kristus untuk menyatakan bahwa Ia mempunyia hakekat yang sama dengan Allah Bapa, hal tersebut berarti Ia adalah Allah sendiri.

Dalam sejarah penulisan Alkitab, tidak pernah ada seorang nabi atau tokoh Alkitab yang disebut sebagai “Anak Allah” selain Yesus, bahkan tidak ada gelar “Anak Allah” dalam bentuk tunggal buat manusia. Ungkapan “anak-anak Allah” dalam bentuk jamak ditujukan pertama kali kepada keturunan Set (Kejadian 6:2); kedua kepada malaikat-malaikat (Ayub 1:6); ketiga, kepada bangsa Israel; dan keempat, kepada raja-raja Israel tempo dulu, sementara gelar Anak Allah hanya ditujukan kepada Yesus Kristus, yaitu Tuhan yang layak dipuja dan disembah.

Dalam tulisan kali ini, saya perlu menyampaikan pentingnya mempelajari latar belakang dalam memahami Alkitab, baik latar belakang historis/sejarah, budaya dan bahasa Alkitab. Mengapa? karena sejarah, budaya dan bahasa si penulis Alkitab belum tentu sama dengan bahasa sejarah, budaya dan bahasa kita masa kini.

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.

Halaman :
1

Ikuti Kami