Pilih Mana? Berteman dengan Masalah atau Mau Dikuasai Kekuatiran
Kalangan Sendiri

Pilih Mana? Berteman dengan Masalah atau Mau Dikuasai Kekuatiran

Lori Official Writer
      4910

Amsal 3: 5

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri


Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu72[/kitab]; [kitab]Ibran6[/kitab]; [kitab]Zefan1-3[/kitab]

Dikeluarkan dari sebuah pelayanan mewah semacam Hospice adalah sesuatu yang harus dirayakan. Hospice, tempat bagi orang-orang yang sudah sekarat, itu memang menawarkan kenyamanan. Dibebaskan berarti kita melihat pada sebuah harapan hidup, bukan kematian. Itulah alasan kita bersukacita.

Sayangnya, kita tak bersukacita tuh. Kita berpikir kalau mengucapkan selamat tinggal ke Hospice berarti kehilangan orang-orang yang sudah membantu kita. Beberapa kali dalam 14 bulan belakangan, ayah mertuaku yang sudah berusia 93 tahun merasa sudah dipenghujung hidupnya. Dan Hospice pun selalu membantu kami sepanjang waktu dengan sepenuh cinta, perhatian, kenyamanan dan bimbingan.

Keluar dari sana justru kita pikir akan kehilangan semua perhatian dan dukungan pendeta, pekerja sosial, dan sukarelawan yang membantu ayah mertuaku selama ini. Perawat dan dokter yang sudah mengenalnya dan tahu persis masalahnya tak lagi ada untuk dia. Perawat yang bekerja di sana nggak lagi memandikannya tiga kali seminggu. Kami pun tiba-tiba sendirian.

Ayah mertuaku keluar dari Dad for Hospice karena kondisinya sudah mulai stabil. Dia sudah nggak lagi memenuhi syarat untuk masuk ke sana. Tapi sayangnya, kondisinya malah makin menurun. Waktu kami mengucapkan selamat tinggal ke semua tim yang merawatnya, kami tahu kalau kami sedang menghadapi tantangan besar di depan.

Lalu kami mengingatkan diri kami sendiri untuk selalu percaya kepada Tuhan dan tak ingin bersandar hanya kepada pengertian kami sendiri (Amsal 3: 5-6). Kita perlu meluangkan waktu dan bersandar sepenuhnya pada Tuhan.

Ayah pun semakin hari semakin lemah. Perawatannya makin ekstra. Dia butuh kursi roda bukan tongkat berjalan. Jadi tantangan tertentu untuk bisa memandikannya, tapi hari demi hari justru berlalu tanpa hambatan.

Tuhan menyediakan (yang kami perlu). Saudara laki-laki kami dari luar negeri datang membantu beberapa hari. Seorang perawat dari gereja dengan sukarela menemaninya sesekali dan memandikannya. Meski begitu, beban perawatan dan tanggung jawab sehari-hari masih bergantung kepada kami sepenuhnya.

Kondisi ayah terus melemah, lebih tidak stabil dan bergantung sepenuhnya kepada kami. Batuknya membuat kami terjaga sepanjang malam. Karena kondisinya yang semakin lemah, kami harus selalu waspada. Di saat-saat itulah kami benar-benar butuh bantuan.

Akhirnya dokter datang. Dia ramah, lembut dan sangat kompeten. Kami pun mencoba membantunya untuk memahami semua kondisi yang kami alami. Dengan jujur dia mengaku belum paham betul soal masalah itu. Tapi akan berusaha membantu. Hati kami hancur. Tak ada bantuan lain yang datang.

Waktu kami makan siang, suamiku lalu berdoa, “Tuhan, tolong kami untuk tidak memandang manusia untuk hal-hal yang Engkau kehendaki untuk kami dapatkan dariMu.”

Setelah makan siang, aku membaca renungan berjudul ‘Panggilan Yesus’ yang ditulis oleh Sarah Young. Renungan itupun dimulai dengan kalimat, “Bertemanlah dengan masalah dalam hidupmu.” Kutipan firman di dalamnya tak asing lagi buatku. Demikian bunyinya “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8: 28)

Aku pun tiba-tiba bertanya: Kenapa aku harus cemas?Kenapa mau dihancurkan dengan ketiadaan jawaban?

Tekanan hidup ada di tangan Tuhan. Dia berdaulat dan bisa. Dia akan selalu bersamaku dan nggak pernah meninggalkanku. Dia sedang bekerja dalam situasi ini dan di dalam diriku.

Kondisi ayah memang semakin melemah. Sudah slebih dari sebulan. Kamu benar-benar lelah, dan kami masih belum mendapat jawaban. Tapi kami memutuskan untuk tetap bersukacita, bersyukur dan merayakannya. Karena kami percaya bahwa Dia akan memenuhi segala keperluan kami menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. (Filipi 4: 19)


Serahkanlah segala kekuatiranmu di dalam Dia, sebab Dia yang penuh kuasa mampu menyelesaikannya bagimu

Ikuti Kami