Telah Diklarifikasi, Gereja yang Ditutup di Cilegon Bukanlah Gereja Bethel Indonesia

Nasional / 31 August 2017

Kalangan Sendiri

Telah Diklarifikasi, Gereja yang Ditutup di Cilegon Bukanlah Gereja Bethel Indonesia

Budhi Marpaung Official Writer
13404

Media sosial kini sedang ramai dengan pemberitaan penutupan gereja yang dilakukan pemerintah Kota Cilegon, Banten. Adapun salah satu gereja yang diduga ditutup karena ilegal adalah Gereja Bethel Indonesia (GBI) Cilegon.

Jawaban.Com telah mengkonfirmasi hal ini kepada pengurus daerah GBI Banten. Dalam wawancara via telepon beberapa saat lalu, Ketua BPD GBI Banten, Pendeta Samuel Kusnadi menyatakan bahwa gereja yang ditutup di Citangkil, Cilegon, bukan merupakan bagian dari sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI).

“Memang singkatannya GBI juga, sebetulnya Gereja Baptis Indonesia pak,“ ujar Pendeta Samuel.

“Tapi ada kaitannya sama salah satu Gereja Bethel Indonesia yang sempat di stop sebelumnya, ada di dalam kota. Dia pindah ikut di kebaktian di tempatnya itu, di Gereja Baptis Indonesia, sebelum terjadi penutupan,” sambung Pendeta Samuel.

Terkait adanya pihak yang menyatakan bahwa gereja-gereja dilarang di Cilegon karena itu sejalan dengan peraturan pemerintah provinsi yakni SK Gubernur Jawa Barat (Kala itu Cilegon masih masuk dalam provinsi Jawa Barat, red), Pendeta Samuel pun secara tegas membantahnya.

“Kalau menurut saya beberapa tempat yang dulu masyarakatnya menerima, masih boleh lah ya pak. Namanya seperti rumah doa, kayak persekutuan doa gitu, rumah pembinaan iman boleh aja, tetapi tetap minta izin kepada masyarakat sekitar,” jelas Pendeta Samuel.

Mengenai kabar 25 gereja ditutup, Samuel menyatakan bahwa itu adalah hoax.

“Jadi memang ada teman-teman yang berkepentingan katakanlah menyebarkan seperti hoax gitu. Bilangnya ditutup, padahal gak ada yang ditutup. Paling itu satu-dua karena ada masalah yang saya juga gak tahu secara detail,” terang Pendeta Samuel.

Pendeta Samuel pun secara tegas menyatakan bahwa wilayah Banten sampai hari ini masih kondusif. Namun begitu, dirinya berharap Forum Kerukunan Umat Beragama setempat kiranya mau mengambil bagian untuk menyelesaikan persoalan-persoalan seperti ini.  

“Supaya kan sebetulnya yang kita jaga Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Pendeta Samuel.

Berdasarkan data yang disampaikan oleh Pendeta Samuel, jumlah gereja di bawah naungan BPD GBI Banten sekira 250 gereja dimana itu tersebar di berbagai kota.

Pendeta Samuel mengajak umat Kristen di Indonesia agar melihat setiap persoalan yang dialami oleh saudara-saudara seiman dengan kepala dingin.

“Refleksi apakah kita juga kurang melakukan pendekatan dengan masyarakat dan kita juga lewat peristiwa ini, kita lebih banyak mendoakan teman-teman yang mungkin tidak mengerti kegiatan kita. Padahal kita juga, salah satu kegiatannya adalah mendoakan bangsa dan negara,” kata Pendeta Samuel.

Terhadap umat beragama muslim, Pendeta Samuel menyampaikan permohonan maaf apabila ada hal-hal yang dilakukan oleh umat Kristiani telah menyinggung perasaan mereka.

“atau katakan tidak berkenan di hati teman-teman. Pada dasarnya kita menghidupi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945 Pancasila, maupun NKRI. Jadi, saya juga mohon teman-teman berilah kami juga kemudahan untuk beribadah karena kami pun tidak pernah mempersulit siapa pun untuk beribadah. Kan kita walaupun berbeda-beda, tetapi kan satu? Indonesia harga mati,” pungkas Pendeta Samuel Kustadi.

Sumber : BPD Gereja Bethel Indonesia Banten
Halaman :
1

Ikuti Kami