Stop Korbankan Kebahagiaan Anak dengan 3 Tindakan Ini! Yuk Tobat dan Jangan Lakukan Lagi!
Sumber: Google

Parenting / 28 August 2017

Kalangan Sendiri

Stop Korbankan Kebahagiaan Anak dengan 3 Tindakan Ini! Yuk Tobat dan Jangan Lakukan Lagi!

Budhi Marpaung Official Writer
3894

Kebahagiaan seorang anak adalah kebahagiaan orangtua. Kita tidak bisa meminta orang lain memberikannya untuk buah hati kita. Setiap ayah dan ibu bertanggung jawab untuk memastikan itu dialami oleh keturunan mereka. Berat? Namun, bukan berarti kita tidak bisa melakukannya.

Seringkali yang menjadi persoalan sebenarnya adalah kita tidak mau untuk memperhatikannya. Tahu dari mana? Itu terlihat dari tindakan sehari-hari yang kita lakukan kepada buah hati kita.

Kita mungkin merasa melakukannya untuk keluarga, tetapi sesungguhnya kita justru melukai mereka. Berikut ini ada tiga tindakan yang tanpa orangtua sadari telah merampas kebahagiaan mereka:

1. Terlalu Sibuk Bekerja Baik di Dalam maupun Luar Rumah

Kesibukan bekerja yang dilakukan membuat banyak orangtua di perkotaan khususnya sangat sedikit berinteraksi dengan anak-anak mereka. Meski berada di rumah, mereka tetap bekerja. Padahal, anak sangat ingin bermain, berkomunikasi, dan terlebih penting lagi merasakan kehadiran orangtua mereka.

Meski di hadapan anak ada ratusan mainan atau gawai tetapi jika mereka tidak mendapatkan kasih itu dari ayah-ibu mereka, mereka sesungguhnya tidaklah bahagia.  

2. Orangtua Lebih Memilih Berinteraksi dengan Gawai (gadget) Dibandingkan dengan Mereka

Seperti yang diungkapkan di poin pertama, anak-anak pada dasarnya senang jika mereka bisa merasakan keberadaan orangtua mereka. Ayah-ibu hadir di dalam hidup mereka.

Namun ketika mereka melihat ternyata orangtua mereka lebih memilih berinteraksi dengan gawai (gadget) dibandingkan dengan mereka sendiri, mereka sedih.

Kesedihan itu tidak selalu diekspresikan anak-anak dengan melakukan hal-hal buruk seperti minum minuman beralkohol, mengonsumsi narkoba, atau melakukan tindak kejahatan. Dengan menjadi seorang penggemar fanatik gawai (gadge) juga adalah salah satu bentuk lain dari hati mereka tergores.

3. Tidak Membangun Mezbah Keluarga dan Mengajarkan Firman Tuhan

Kekristenan bukanlah sekedar sebuah agama, tetapi itu adalah sebuah hubungan. Hubungan antara sang Pencipta dengan ciptaan. Hubungan antara Penebus dengan yang Ditebus.  Hubungan antara Penghibur dengan yang dihibur. Meski anak-anak kita adalah masih berusia batita atau balita, tetapi bukan berarti mereka tidak senang soal Tuhan.

Anak-anak justru bahagia ketika ayah-ibu mereka mendidik mereka di dalam takut akan Tuhan. Walaupun sikap mereka menunjukkan kebosanan, tetapi bukan berarti mereka benci dengan mezbah keluarga dan pengajaran Firman Tuhan. Anak-anak justru menyenanginya. Jika orangtua konsisten melakukan ini, mereka (anak-anak) pun akan terdorong untuk hidup di dalam Tuhan.

Keadaan memang seringkali tidak mendukung kita melakukan hal terbaik untuk anak-anak kita. Namun, Tuhan sebenarnya sudah memberikan kita jalan keluar untuk mengatasinya. Pertanyaannya kembali adalah maukah kita membuat anak kita bahagia? Jika mau maka lakukan apa yang harus dilakukan sebagai orangtua! Mari kita sama-sama mengambil komitmen untuk berhenti merampas kebahagiaan anak-anak kita lewat tindakan kita.

Sumber : Jawaban.Com
Halaman :
1

Ikuti Kami