Membunuh Itu Dosa. Uskup Katolik Filipina Kutuk Pembantaian Atas Nama Memberantas Narkoba
Sumber: Reuters dalam christianpost.com

Internasional / 27 August 2017

Kalangan Sendiri

Membunuh Itu Dosa. Uskup Katolik Filipina Kutuk Pembantaian Atas Nama Memberantas Narkoba

Budhi Marpaung Official Writer
2415
Pasca pengumuman jumlah korban tewas selama perang terhadap obat-obatan terlarang yang diprakasai oleh Presiden Rodrigo Duterte, kemarahan kian meningkat di Filipina. 

Mengutip christianpost, lebih dari 12.500 orang dimana kebanyakan pengguna narkoba dan pengedar narkoba, telah terbunuh sejak Duterte mulai menjabat pada Juni 2016. Pihak kepolisian mengatakan sekitar 3.500 orang yang tewas ditembak oleh petugas untuk membela diri.

Pemantau hak asasi manusia meyakini bahwa dua pertiga yang dibunuh itu dieksekusi oleh pembunuh bayaran yang beroperasi dengan dukungan polisi atau oleh polisi yang menyamar sebagai warga sipil - sebuah tuduhan yang ditolak polisi.

Sedikitnya 90 orang tewas ditembak pada minggu ini, dimana 32 orang diantaranya tewas di dalam satu hari operasi di provinsi Bulacan, utara dari ibukota Manila.

Pada Minggu, puluhan pelayat mengenakan kaos putih dengan slogan 'Bunuh narkoba, bukan orangnya', membawa peti mati Leover Miranda ke makamnya yang berada di tempat pemakaman Manila.

Miranda terbunuh bulan ini dalam apa yang polisi katakan adalah operasi penyalahgunaan obat tetapi keluarga mengatakan bahwa dia tidak bersalah.

Dua pemimpin senior gereja, Kardinal Luis Lagle dan Uskup Agung Socrates Villegas, mengutuk pembantaian tersebut. Lagle mengeluarkan sebuah pernyataan yang dibacakan di berbagai layanan ibadah di pusat kota Manila yang berbunyi: “Kami mengetuk hati nurani orang-orang yang membunuh orang-orang yang tidak berdaya, terutama mereka yang menutupi wajah mereka, untuk berhenti menyia-nyiakan hidup manusia.

“Masalah obat-obatan terlarang tidak boleh dikurangi menjadi masalah politik atau pidana. Ini adalah masalah kemanusiaan yang mempengaruhi kita semua.”

Sementara itu, Villegas meminta gereja-gereja untuk membunyikan lonceng mereka pada pukul 8 malam setiap hari untuk menunjukkan solidaritas.

“Suara lonceng adalah panggilan bangun untuk sebuah negara yang tidak lagi tahu bagaimana bergaul dengan orang yang berduka, dan terlalu “pengecut” untuk mengutuk kekerasan tersebut,” ungkap Villegas.

"Jangan membunuh. Itu adalah dosa. Itu melanggar hukum," pungkas Villegas.

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami