Julianto Simanjuntak: Ayah Yang Hilang Wariskan Keluarga Yang Tak Berfungsi
Sumber: Jawaban.Com

Parenting / 24 August 2017

Kalangan Sendiri

Julianto Simanjuntak: Ayah Yang Hilang Wariskan Keluarga Yang Tak Berfungsi

Puji Astuti Official Writer
5896

Dalam IMAGO 2017 yang bertajuk "FUTURE READY", Julianto Simanjuntak pendiri dari Layanan Konseling Keluarga dan karir mengungkapkan tentang peran penting seorang ayah untuk terciptanya sebuah keluarga yang kuat dan bahagia. 

Julianto menceritakan bagaimana dirinya mendampingi seorang bapak yang sewaktu kecil ayahnya sibuk mengurusi usahanya, tidak hanya ia diabaikan dan kurang mendapatkan perhatian namun dia juga harus mendampingi adik tirinya yang membuat dia terluka. Yang memprihatinkan hal itu pun ia lakukan kepada anaknya, karena ia sibuk untuk mengurusi luka-luka batinnya. 

Menurut Julianto, sebuah permasalah dan luka batin jika tidak terselesaikan maka masalah itu akan diwariskan ke generasi selanjutnya. Hal ini bisa muncul karena absennya kehadiran seorang ayah dalam keluarga. 

Kesaksian hidup

Julianto pun tanpa malu menceritakan kesaksian hidupnya, dimana anaknya yang masih duduk dibangku SMP memutuskan untuk menjadi ateis. Ia menyadari bahwa salah satu sebab dari kondisi anaknya itu karena ia terlalu sibuk dengan karirnya sebagai seorang konselor dan pembicara. Namun dengan kasih, ia tetap menerima keputusan anaknya itu namun tidak pernah putuh pengharapan bahwa Tuhan bisa memulihkan dia. 

Menyadari masalah itu, Julianto memutuskan untuk pindah ke kota Salatiga pada tahun 2013 untuk membangun hubungan dengan putranya. Pada tahun 2016 terobosan terjadi saat putranya itu menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. 

Dampak absennya seorang ayah

Karena ketidak hadiran ayah, para ibu kewalahan dalam membesarkan anak-anaknya. Bahkan ada anak-anak yang dibesarkan oleh pembantu atau nenek dan kakek mereka. 

Tantangan selanjutnya adalah ketergantungan kepada gadget dan juga kehidupan sosial online. Anak-anak ingin berbincang dengan ayah dan ibunya, namun jika mereka tidak mendapatkannya, maka anak-anak itu akan beralih pada gadget dan media sosial. 

Kebutuhan layanan konseling dalam gereja

Catatan dari Kementerian Kesehatan ada 30 juta jiwa di Indonesia yang mengalami sakit jiwa, di kota besar ada 1 dari 5 orang yang mengalaminya. Bahkan setiap 40 detik ada satu orang yang bunuh diri di dunia ini. Untuk itu menurut Julianto, gereja harus sadar akan pentingnya menyediakan layanan konseling bagi jemaat. 

"Gereja tanpa konseling, seperti mobil tanpa bengkel," demikian tegas  Julianto. 

"Apakah gereja memiliki layanan purna jual untuk melayani jemaat," demikian tambahnya.

Memberikan referensi dari Roma 14:17, Julianto mengingatkan bahwa tempat pertama untuk menikmati damai sejahtera adalah keluarga. Untuk itu keluarga harus dikembalikan kepada fungsinya sebagai poros dalam kehidupan. Masalah akan muncul saat keluarga diabaikan yang kemudian digantikan dengan hal-hal lain seperti karir, status sosial, dan lain sebagainya.  

Julianto juga menekankan bahwa seorang pemimpin yang sukses adalah mereka yang kreatif dan melakukan banyak hal namun tidak kehilangan fokus pada keluarga dengan tetap melakukan fungsinya sebagai seorang suami atau isteri. 

Untuk itu ia mengajak gereja melakukan beberapa komitmen ini:

1. Menyehatkan pernikahan

2. Menjadi ayah yang berfungsi

3. Memprioritaskan keluarga

4. Memelihara kesehatan mental keluarga

5. Mewariskan nilai dan tradisi yang keluarga yang dilakukan secara sadar dan terencana. 

Rumah adalah universitas keluarga, dimana anak-anak lulus saat mereka memasuki pernikahan. Untuk itu Julianto mengajak seluruh warga gereja untuk kembali fokus kepada keluarga. 

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami