Untuk
pertama kalinya, pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus menyampaikan harapannya
kalau Vatikan ingin sekali membangun hubungan baik dengan negara komunis China.
Hal ini diharapkan bisa terjadi melalui kehadiran Gereja Katolik Hong Kong sebagai jembatan penghubung antara China dan Vatikan.
Keinginan paus
ini memang tidak disampaikannya secara pribadi melainkan melalui Kepala Akademi
Kepausan Vatikan, Monsignor Marcelo Sanchez yang hadir di sebuah konferensi transplantasi organ belum lama ini.
“Paus Fransiskus
mengasihi China dan mengasihi rakyatnya, sejarah dan orang-orangnya. Kami berharap China akan memiliki masa depan yang hebat,” ucap Sanchez kepada Global Times.
Sebagaimana
kita tahu, harapan Vatikan untuk terkoneksi kembali dengan negara komunis itu bukan
tanpa alasan. Kita tahu kalau China adalah rumah bagi sekitar 12 juta umat
Katolik. Sementara hubungan diplomatik kedua negara ini sudah terputus sejak tahun
1951 pasca kekuasaan partai komunis. Saat itu partai komunis menolak wewenang paus.
Akibatnya gereja Katolik China harus berdiri lepas dari otoritas paus sendiri. Itu sebabnya mereka harus harus menunjuk uskup mereka sendiri.
Sehingga Vatikan
berharap melalui uskup Katolik Hong Kong, mereka bisa mengupayakan terjalinnya kembali
hubungan yang sudah terputus lama itu. “Kami bersedia menjadi jembatan, dan saya
selalu berpikir kalau membangun jembatan jauh lebih penting daripada membangun pagar.
Kalau ada cara untuk membantu dialog, kami akan bersedia melakukannya,” ucap Yeung, kepala uskup Hong Kong.
Salah satu tujuan
penting yang hendak dilakukan Vatikan bagigereja Katolik China adalah memberikan
perlindungan dan dukungan bagi gereja-gereja di sana yang dibelenggu oleh kekuasaan
partai komunis. Vatikan mengaku prihatin dengan kejadian penahanan seorang
uskup China bernama Peter Shao Zhumin beberapa minggu lalu. Dalam sebuah pernyataan
yang dikeluarkan pada 26 Juni lalu, Vatikan menyampaikan, “Vatikan sedang memperhatikan
dengan serius situasi pribadi Uskup Peter Shao Zhumin yang berasal dari Wenzhou,
yang secara paksa dicopot dari jabatan uskupnya. Komunitas Katolik dan keluarganya tidak tahu berita atau alasan pemecatannya, juga tidak tahu di mana dia ditahan.”
Karena itulah
penting sekali bagi Vatikan untuk ambil bagian membantu pemimpin gereja di
China.
Tentu saja keinginan
ini tidaklah mudah ditempuh Vatikan sendiri. Pasalnya, China dengan tegas menyampaikan
penolakan mereka atas campur tangan pihak luar terhadap negaranya. Sementara yangmasih
bisa mereka lakukan adalah dengan meminta bantuan dari keuskupan Hong Kong untuk
membangun jembatan hubungan dengan negara komunis itu.Untuk hasilnya sendiri, kita
sama sekali belum tahu.