Sepekan setelah
serangan penembakan terhadap polisi Israel di kawasan Temple Mount atau Bukit
Bait bagi Yahudi atau Masjid Al-Aqsa bagi Muslim, Israel mulai meningkatkan keamanannya dengan memasang detektor logam di gerbang masuk menuju situs suci itu.
Namun para
pemimpin Kristen menilai pengamanan semacam itu berlebihan. Mereka khawatir langkah
tersebut justru akan melanggar status quo atau keadaan yang lazimnya terjadi di situs suci keagamaan yang sudah ada lebih dari seabad itu.
Selain menimbulkan
kekhawatiran bagi para pendeta Kristen, alat pengaman ini juga telah mengundang
kemarahan dari warga dan pemimpin Muslim Palestina. Mereka bahkan mengancam untuk berunjuk rasa jika alat itu tidak segera dipindahkan.
Namun Menteri
Keamanan Publik Israel, Gilad Erdan menegaskan kalau pengamanan dengan detektor
logam sangat penting dilakukan saat ini. Tapi bagaimanapun dia tetap
menyerahkan semua keputusan terkait persoalan itu kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Terkait semakin
tingginya ketegangan di sekitar Temple Mount, dinas keamanan Israel telah menambah
jumlah tentaranya syang berjaga di sana. Hal ini dinilai adalah langkah pengamanan
yang tepat dan sama sekali tidak berkaitan dengan isu jika langkah itu dilakukan untuk memperluas kontrol Israel atas situs itu.
“Polisi Israel
membutuhkan detektor logam ini sehingga pemeriksaan keamanan bisa memberikan tanggapan
yang tepat terhadap pertimbangan keamanan. Saya berasumsi ada kontak
Internasional untuk mencoba menenangkan situai, tapi di mata saya tidak ada alasan mengapa situasi itu tidak seharusnya ditenangkan,” ucap Erdan.
Sementara hari
ini, Jumat (21/7), ketika umat Muslim biasanya akan menggelar ibadah sholat di kawasan itu, pasukan keamanan Israel pun tetap siaga menjaga keamanan.
Temple Mount
atau Bukit Bait ini memang sudah berulang kali memicu perdebatan antara Israel dan
Palestina. Serangan yang dilakukan tiga orang bersenjata asal Arab pada Jumat lalu
menjadi serangan terbaru yang menewaskan dua polisi Israel.
Para pemimpin
Kristen Yerusalem yang terdiri dari komunitas Katolik, Ortodoks dan Protestan pun
telah menyampaikan keprihatinan mereka pada Rabu lalu.