Dalam sebuah
komunikasi jarak jauh di acara besar Christian United for Israel (CUFI) di
Washington, pada Senin (17/7), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui kalau para penginjil (evangelis, red) Kristen adalah sahabat baik bangsanya.
Dia mengaku
bahwa di tengah banyaknya musuh yang membenci bangsa Yahudi itu, umat Kristen
lah yang menjadi pendukung besar Israel dalam memperjuangkan kebebasan mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan.
“Saat saya mengatakan
kalau kami tidak punya teman yang lebih baik daripada orang Kristen yang mendukung
Israel, saya tahu kalian akan selalu berdiri untuk kami. Kalian berdiri bersama
kami karena kalian berdiri untuk diri kalian sendiri. Karena kami mewakili warisan
kebebasan bersama yang telah kembali ribuan tahun,” ucap Netanyahu dalam sambutannya,
seperti dilansir Timesofisrael.com, Selasa (18/7).
Netanyahu menambahkan
bahwa perjuangan Amerika dan Israel adalah perjuangan besar bagi peradaban dunia.
Dia menyebut perjuangan ini sebagai perjuangan masyarakat bebas melawan kekuatan
ISIS. “Mereka ingin menaklukkan Timur Tengah. Mereka ingin menghancurkan Negara
Israel, dan kemudian ingin menaklukkan dunia. Orang serong melakukan kesalahan dalam
diskusi konvensional saat mereka biasa mengatakan kalau kelompok ISIS membenci negara Barat karena Israel,” terangnya.
Dia menegaskan,
pernyataan itu tidak sepenuhnya benar. Karena kelompok teroris itu sebenarnya membenci
negara Israel karena negara Barat. “Karena kita mewakili sebuah masyarakat bebas
yang dibangun di atas dasar warisan Yudeo-Kristen. Inilah masyarakat yang sangat mereka benci,” jelasnya.
Perdana Menteri
Israel ini mengklaim kalau Israel adalah jantung dari negara Timur Tengah. Karena
itulah Israel harus diperjuangkan sama seperti semua orang sedang memperjuangkan
negara-negara yang paling berbahaya di Timur Tengah. “Ada satu masyarakat, satu pemerintahan, satu tentara yang menjamin nilai-nilaimu, nilai-nilai kita,” ucapnya.
Selain mendeklarasikan
hubungan baik antara Kristen Amerika dan Israel, dirinya juga menyampaikan soal
isu pemindahan kedutaan besar Internasional dari Tel Aviv ke Yerusalem. “Tel
Aviv adalah kota yang indah, tapi itu bukan Yerusalem. Ibu kota Israel adalah Yerusalem
dan kedutaan harus berada di Yerusalem. Sejak Israel membebaskan Yerusalem,
kami telah menjamin kebebasan akses ke semua agama. Hanya di bawah kedaulatan Israel
kita bisa memastikan kalau peristiwa yang terjadi di tempat-tempat suci lain di
Timur Tengah tidak akan terjadi di tempat-tempat suci di bawah kedaulatan dan
kendali Israel,” singgungnya.
Dia menegaskan,
Israel adalah satu-satunya tempat yang paling menjamin kebebasan beragama. Serta
satu-satunya tempat bagi komunitas Kristen Timur Tengah bertumbuh, tidak hanya bertahan
tapi memiliki masa depan. “Tempat itu adalah Israel, karena Israel menjamin kebebasan
beragama. Israel mewakili kebebasan yang kita semua hargai,” tandasnya.