Pelajaran Iman Dari 5 Ibu Super Dalam Alkitab
Sumber: Mimbar Schools

Parenting / 23 December 2021

Kalangan Sendiri

Pelajaran Iman Dari 5 Ibu Super Dalam Alkitab

Noyanta Lumban Gaol Contributor
12739

Setiap ibu punya cerita dan pelajaran yang bisa dia ajarkan. Di momen ini, aku mau berbagi lima pelajaran yang bisa kita pelajari dari kelima ibu luar biasa ini di dalam Alkitab.

Hana: Ketekunan dalam doa

Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN." 1 Samuel 1:20

Ibu pertama yang ingin saya bahas adalah Hana. Hana sangat menginginkan seorang anak, dia berjuang dengan ketidaksuburan. Tahun demi tahun berlalu tanpa anak untuk Hana. Suatu hari Hana berseru kepada Tuhan dalam kesedihannya mengingini seorang anak. Tuhan menjawab doa Hana dan memberkatinya dengan putra pertamanya. Dia menamainya Samuel yang diambil dari kata Ibrani artinya "didengar oleh Tuhan" (1 Samuel 1:20).

Pernahkah Anda berada dalam situasi Hana? Berseru kepada Tuhan untuk anakmu dan berdoa dengan sungguh-sungguh atas nama mereka? Mungkin mereka dalam masalah. Mungkin mereka menghadapi tantangan di luar kendali mereka. Mungkin mereka hanya butuh sedikit motivasi di sekolah. Apapun itu, kita dapat pelajari dari Hana bahwa Tuhan tidak melupakan doa kita kepada-Nya atas nama anak-anak kita. Tangis kita, doa kita yang sungguh-sungguh, dan mencari Tuhan tidak akan sia-sia belaka.

Ketika kita menemukan diri kita menunggu Tuhan untuk bergerak dalam kehidupan anak-anak kita, kita dapat terus mencari Dia seperti Hana, yang sepenuhnya percaya bahwa Dia melihat dan mendengar kita. Doa benar-benar alat paling ampuh yang bisa digunakan seorang ibu.

 

Baca Juga: Kisah Nyata 5 Super Moms Dalam Alkitab Yang Bisa Menginspirasi Anda

 

Maria: Mengatasi Rasa Takut dengan Iman

Kata Maria, "Aku ini hamba Tuhan. Biarlah terjadi padaku yang engkau katakan." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. - Lukas 1:38

Kita tidak bisa melupakan figur tentang ibu di dalam Alkitab ketika berbicara tentang Maria, ibu Yesus. Ketika malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya untuk memberi tahu dia bahwa dia akan melahirkan Mesias, secara manusiawi dia mungkin terkejut. Dia hanya seorang remaja dan dia akan segera menikah. Menjadi hamil mungkin tidak ada dalam daftar tugas perencanaan pernikahannya. Namun, apa yang akan menjadi ketidaknyamanan bagi Maria akan menjadi keselamatan bagi dunia.

Meskipun dia takut, dia menerima panggilan Tuhan dalam hidupnya. Dan seperti banyak dari para ibu yang tahu, bahwa panggilan untuk menjadi ibu adalah sesuatu yang menakutkan. Tidak ada sekolah, atau buku, atau video YouTube yang akan mempersiapkan Anda sepenuhnya untuk menjadi ibu. Tetapi jika kita dipanggil oleh Tuhan, seperti Maria, kita dapat mengatasi rasa takut dengan iman kepada Tuhan kita yang setia. Dia akan memberikan semua yang kita butuhkan dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita.

 

Elisabeth: Percaya Selagi Menantikan

"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." - Lukas 1:25

Selanjutnya pelajaran Anda dari sepupu Maria, Elisabeth. Saat itu di usia tua Elisabeth, dia melahirkan Yohanes Pembaptis yang akan membuka jalan bagi Tuhan Yesus. Kita dapat melihat kelahiran Tuhan Yesus terungkap dalam kehidupan kedua wanita ini, kita menyadari bahwa segala sesuatu terjadi pada waktu yang tepat. Semua ini ada dalam rencana Tuhan.

Menjadi seorang ibu adalah sesuatu yang penuh dengan kejutan. Namun, kita dapat yakin bahwa tidak ada yang mengejutkan Tuhan. Tuhan tahu di mana Anda berada di musim ini dan apa yang Anda alami. Dia sedang menuntun langkah Anda, bahkan saat ada masa menjadi ibu tidak nyaman. Meskipun segala sesuatu mungkin tidak selalu masuk akal, kita dapat mempercayai rencana Allah yang sempurna.

 

Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui Soal Kehidupan Sang Perawan Maria

 

Yokhebed: Keberanian dalam Keadaan yang Tak terbayangkan

Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; - Keluaran 2: 3

Terkadang menjadi ibu sangat terlihat seperti sangat mengikat. Di lain waktu, ini akan terus berlanjut. Di saat kita perlu melepaskan anak-anak kita ketika mereka menjalani kehidupan, sangat penting bahwa kita mempercayai Tuhan bersama anak-anak kita. Kebenaran ini dipahami oleh ibu Musa, Yokhebed. Dia adalah seorang wanita Israel yang hidup dalam perbudakan. Pada saat Raja Mesir memerintahkan agar semua anak laki-laki Israel dibunuh sebagai bentuk kontrol populasi yang kejam. Yokhebed tidak bisa lagi menyembunyikan anaknya, dia menempatkan Musa di sungai Nil dengan harapan bisa menyelamatkan nyawanya. Dan itulah yang terjadi. Putri raja menemukan Musa dan mengangkatnya sebagai anaknya. Yokhebed berhasil menyelamatkan nyawa anaknya dan tidak tahu bahwa ini semua ada dalam rencana Tuhan. Tuhan menggunakan Musa untuk membebaskan orang Israel dari perbudakan. Musa, anaknya, masuk ke dalam panggilan Tuhan dan menyelamatkan seluruh generasi orang Israel dari perbudakan.

Sering kali kita berpikir keputusan kita adalah hal terbaik untuk anak-anak kita. Namun, terkadang hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah membiarkan mereka pergi sambil percaya bahwa Tuhan akan menjaganya. Kita dapat menemukan kedamaian dalam memahami bahwa Tuhan lebih mengasihi anak-anak kita daripada seberapa besar pun kita mengasihi mereka. Dengan membiarkan kita melepaskan anak-anak kita ke dalam panggilan yang Tuhan miliki untuk hidup mereka.

 

Janda dari Sarfat: Ketaatan Meskipun Keadaan Menyakitkan

Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.- 1 Raja-raja 17: 15-16

Ketika seorang ibu dan janda sedang menyiapkan makanan terakhirnya untuk dimakan untuk dirinya sendiri dan anaknya, dia bertemu oleh nabi Elia. Nabi Elia meminta sedikit air dan makanan janda dari Sarfat. Janda ini mengatakan kepada Elia bahwa dia tidak memiliki cukup makanan. Dia telah mengalami kekeringan parah dan sekarang membuat persiapan untuk bertahan hidup. Dapatkah Anda membayangkan keputusasaannya, terutama sebagai seorang ibu. Tidak memiliki cukup makanan untuk mengurus dirinya sendiri dan anaknya. Bahkan dia harus menghadapi kenyataan bahwa dia tidak memiliki cukup uang untuk diberikan kepada keluarganya.

 

Baca Juga: 5 Pelajaran Iman Dari Wanita Berpengaruh di Dunia

 

Jika ada seorang ibu yang mengerti bagaimana rasanya tidak memiliki, itu adalah janda dari Sarfat. Meskipun keadaan kita tidak separah keadaannya, tapi ketidakcukupan kita bisa berhubungan dengan perasaan seperti: tidak cukup kesabaran, waktu, uang, energi, dll.

Meskipun janda dari Sarfat sedang berkekurangan, datanglah Elia meminta lebih. Dia mengatakan kepadanya untuk memberinya sedikit yang dia miliki dan berjanji bahwa Tuhan akan memenuhi semua kebutuhannya melalui kekeringan ini. Dia melakukan seperti yang diminta Elia dan tebak? Tuhan setia kepada firmanNya! Hari itu dia tidak memakan makanan terakhirnya tapi menanam benih iman yang akan membuka kesempatan untuk mendapat makanan lebih banyak. Kita belajar bahwa meskipun sebagai ibu kita sering merasa kita tidak memiliki banyak untuk memberi, tetapi kita mau memberi apa yang kita punya kepada Tuhan. Dia adalah setia untuk memberikan semua kebutuhan kita. Tuhan bisa berbuat lebih banyak dengan sedikit yang ada pada kita daripada apa yang kita fikir kita bisa banyak lakukan.

 

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.

Sumber : Noyanta Luga
Halaman :
1

Ikuti Kami