Pengabdian Tanpa Batas Ferdy Tulung, Layani Anak di Pedalaman Hutan Lindung Duriangkang
Sumber: Superbookindonesia.com

Kata Alkitab / 11 July 2017

Kalangan Sendiri

Pengabdian Tanpa Batas Ferdy Tulung, Layani Anak di Pedalaman Hutan Lindung Duriangkang

Lori Official Writer
5833

Ketika banyak orang memilih untuk beribadah dan melayani di gereja besar yang memiliki jemaat banyak, maka seorang Pdt. Ferdy Tulung justru memilih jalan yang berbeda. Dia malah rindu melayani jiwa-jiwa di pedalaman hutan lindung Duriangkang di Batam.

Semua bermula di akhir tahun 2015, ketika Ferdy memperhatikan ada banyak orang yang keluar masuk hutan lindung Duriangkang. Ia tergerak untuk bisa melayani mereka dan mulai memberanikan diri untuk masuk ke dalam area hutan tersebut. Di sana ia menemukan sebuah perkampungan berjarak sekitar 3 km dari pintu masuk hutan.

Ferdy semakin tersentuh ketika melihat bagaimana anak-anak di sana berpenampilan begitu kotor dan bagi mereka mengucapkan kata-kata kotor bukan sesuatu yang tabu atau terlarang. Ia pun memutuskan untuk melayani mereka dengan mendirikan sebuah tempat bimbingan belajar. Di waktu yang bersamaan, Ferdy dan istrinya merintis pelayanan anak yang pada saat itu hanya diikuti sekitar 8 orang anak.

Karena keterbatasan tempat dan dana, ia hanya sanggup untuk mendirikan sebuah bangunan sederhana. Bangunan tersebut adalah bekas dari penghuni sebelumnya yang telah pindah dari wilayah itu. Dengan beralaskan tanah yang ditutupi spanduk bekas, tembok kayu yang ditutupi kain, serta atap dari perpaduan karet dan kayu, ia mulai melayani anak-anak di hutan lindung Duriankang. Beberapa bulan berlalu, tidak banyak perubahan yang terjadi, hingga Ferdy diperkenalkan dengan kurikulum Superbook. Ada sukacita besar di dalam hatinya ketika pertama kali menerima kurikulum Superbook, namun saat itu juga muncul sebuah pertanyaan besar di dalam benaknya. Bagaimana mungkin bisa memutarkan kisah-kisah Superbook di wilayah yang tidak tersedia listrik.

Selama 4 bulan, ia bergumul untuk memiliki sarana yang mampu menayangkan kisah Superbook. Ia dan istrinya terus berdoa dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan keluar dari masalah mereka. Dan benar saja, Tuhan menggerakkan hati seseorang yang memberikan dana kepada Ferdy agar mampu membeli sebuah laptop yang bisa digunakan untuk memutar video Superbook. Meskipun memiliki waktu yang terbatas karena daya baterai yang tidak terlalu lama, namun laptop tersebut mampu menjadi media penyampaian Injil yang selama ini dirindukan Ferdy.

Perubahan demi perubahan mulai terjadi. Anak yang awalnya hanya berjumlah 8 orang, perlahan mulai bertambah hingga berjumlah sekitar 23 orang. Penampilan anak-anak sekolah minggu itu pun berubah. Mereka jadi lebih rapi dan tutur kata mereka perlahan-perlahan berubah menjadi lebih sopan. Orangtua dari anak-anak sekolah minggu juga ikut merasakan sukacita karena perubahan yang terjadi pada anaknya. Karena jumlah anak yang semakin bertambah, pak Ferdy dan istrinya mulai kesulitan untuk mengajari mereka semua. Timbul kerinduan untuk bisa mendapatkan bantuan Guru Sekolah Minggu agar bisa melayani anak secara lebih maksimal. Beberapa bulan kemudian Tuhan mengirimkan 2 orang guru sekolah minggu yang tergerak saat mendengar pak Ferdy menceritakan tentang pelayanannya.

Beberapa bulan berselang, ujian kembali datang. Tempat ibadah yang selama ini mereka gunakan hendak dijual oleh pemiliknya. Pemilik tanah sempat menawarkan agar pak Ferdy-lah yang membeli tanah tersebut, namun ia belum mampu menerima tawaran tersebut. Ferdy sampai harus menjadi kuli bangunan untuk mencukupi dana pembelian bangunan tersebut, tapi tetap tidak mampu menutupi biaya pembelian tanah dan bangunan. Ia hanya bisa berserah kepada Tuhan. Menurutnya, pelayanan yang sudah diberikan Tuhan pasti akan terus dibela oleh Tuhan, apapun masalah yang dihadapi. Dan benar saja, Tuhan yang hidup memberikan bantuan tepat pada waktunya. Ferdy dimampukan melunasi tempat tersebut. Melalui sebuah artikel dimuat dalam buletin dan website Superbook, ia memperoleh beberapa donator yang membantu Ferdy untuk melunasi sisa pembayaran tanah tersebut.

Kini Ferdy dan istrinya serta dibantu oleh 2 orang guru sekolah minggu, tetap setia hadir di pedalaman hutan lindung Duriankang, setiap hari Sabtu dan Minggu untuk melayani anak-anak di lingkungan tersebut. Dari sekitar 90 anak, 50 orang anak sudah dilayani oleh sekolah minggu tersebut. Mereka tetap rindu untuk terus bisa melayani dan memberikan dampak positif bagi masyarakat di lingkungan hutan lindung tersebut.

Sumber : Superbookindonesia.com
Halaman :
1

Ikuti Kami