Peristiwa
penyerangan polisi pada momen Idul Fitri, Minggu (25/6) pagi lalu menyebabkan seorang
anggota polisi meninggal dunia. Akibat penyerangan yang diduga sebagai aksi terorisme ini Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pun menanggapinya dengan tegas.
Jika banyak
pihak menyampaikan bahwa para pelaku merupakan jaringan terorisme yang berkaitan
dengan salah satu penganut keyakinan tertentu, maka PGI menegaskan bahwa pelaku
penyerangan tidak bisa disebut mewakili suatu agama tertentu. Melainkan mereka adalah
orang-orang yang tidak suka perdamaian, kemajemukan dan Pancasila, sehingga sengaja membuat perpecahan dengan menggunakan label agama.
Karena itulah
Sekretaris PGI, Gomar Gultom meminta supaya semua umat beragama bekerja sama memerangi
kelompok teroris semacam itu. Selain itu, dia juga meminta supaya pemerintah
dan aparat penegak hukum mengusut tuntas para pelaku dan otak di balik setiap serangan
teror yang terjadi di tanah air. Polisi tidak boleh takluk dengan ancaman para pelaku teror.
“Pemerintah
juga diminta untuk lebih tegas terhadap bibit-bibitnya, seperti aksi intoleran
dan ujaran kebencian,” ucap Gomar, seperti dilansir Kompas.com.
Penyerangan
terhadap personel polisi menjadi catatan penyerangan terorisme yang kesekian
kalinya. Sebelumnya, serangan bom terjadi di Kampung Melayu tepat pada di malam
sebelum perayaan besar Kenaikan Isa Alamasih dan beberapa hari menjelang awal puasa
bagi umat Muslim.