Pernahkah
kamu membayangkan sebuah Romper atau baju feminin yang biasa dipakai anak bayi akan
jadi tren busana pria dewasa masa kini? Romper yang identik dengan busana perempuan
ini merupakan sejenis jumpsuit yang celananya
lebih pendek atau di atas lutut. Pakaian ini bahkan sering dikenakan para wanita untuk acara-acara santai loh.
Tapi sejak perusahaan
bernama ACED Design memproduksi busana RompHim khusus bagi kaum pria, dengan segera
busana ini pun segera menjadi tren favorit pria di musim panas ini. Belum lagi
dengan kehadiran busana feminin pria lainnya yang dirancang oleh rumah mode Palomo Spanyol berupa rok, gaun kaus kaki elastis dan pakaian pengantin mirip wanita.
Mengetahui
fenomena ini, para teolog pun mulai berkomentar dan berpikir untuk membuat dialog dengan pihak gereja soal standar busana yang pantas dikenakan kaum pria Kristen.
Seperti
dikutip dari kickstater.com, perancang
romper ini mengatakan bahwa pria tidak punya banyak pilihan dalam berbusana.
Dia menilai bahwa busana pria selama ini terkesan sangat biasa. Karena itulah, RompHim
dibuat agar kaum pria bisa tetap bergaya dengan mengenakan busana yang nyaman, fleksibel dan cocok bagi mereka.
Fay Voshell,
seorang teolog dan penulis kontributor di The American Thinker mengatakan bahwa
tren busana feminin RompHim ini bukan sekadar diproduksi oleh industri fesyen dan
perancangnya saja. Tapi mereka juga secara sengaja membuatnya sebagai pernyataan ideologis yang mencerminkan tren budaya.
“(Rumah
Mode) Palomo Spanyol tampaknya adalah pemuja kultus gender saat ini yang menilai
bahwa perbedaan antara pria dan wanita tidak penting atau harus dihapuskan sama
sekali. Ironisnya, rekayasa ulang Palomo terhadap kaum pria, dengan mengubahnya
menjadi wanita, harusnya bergantung pada memahami benar perbedaan jenis kelaminnya,” lanjut Voshell.
Para teolog
pun menilai alasan pembuatan busana romper pria ini sangat keliru. Karena busana
pria yang selama ini sudah ada dianggap sebuah kemunduran bagi tren kaum pria. Sebaliknya,
para teolog menilai bahwa busana yang dikenakan seseorang adalah cerminan siapa
orang itu. “Misalnya seorang pria yang berjalan di tengah kota Manhattan yang mengenakan
celana jean, kemeja denim dan jaket, topi dan sepatu kobi. Tidak mungkin dia tidak
mengenali dirinya. Tentu saja dia mungkin adalah seorang koboi. Kita perlu tahu
kalau setidaknya dia dikenal sebagai seorang koboi. Setidaknya untuk sehari,” ucap penulis di First Things, G. Bruce Boyer.
Profesor Owen
Strachan dari Pusat Teologi Publik menilai kalau kemunculan busana-busana aneh pria
belakangan ini justru menjadi pertanda ketidaktahuan para pria dan anak remaja masa
kini dalam berbusana. “Kita ingin anak laki-laki kita melihat kalau menjadi
dewasa itu baik, sangat baik berpakaian sejatinya pria, dan gereja setempat ambil bagian dalam hal ini,” ucapnya.
Dia menjelaskan
bahwa pertumbuhan seorang anak dimulai melalui gereja. Gereja adalah role model
bagi kedewasaan iman mereka, termasuk bagaimana mereka berbusana. “Baik sekali (kalau
gereja) melatih anak laki-laki untuk terlihat seperti seorang pria. Baik sekali
kalau anakmu laki-laki melihat ayahnya dan tumbuh dan terlihat seperti seorang ayah,” ucapnya.
Sementara Voshell
mengingatkan semua orang Kristen bahwa standar kita adalah kisah Kejadian ketika
Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan. Itu adalah fakta yang tak
terbantahkan. “Perbedaan diantara keduanya (laki-laki dan perempuan) harus ditunjukkan
dengan berpakaian seperlunya sesuai dengan jenis kelaminnya sejak dilahirkan. Pria
berpakaianlah seperti pria dan wanita seperti wanita,” tandasnya.
Nah,
pernyataan di atas kan adalah pendapat dari kaum teolog. Mungkin ada juga diantaranya
kamu yang justru menilai kalau kehadiran busana romper ini malah sesuatu yang baru
dan biasa aja meskipun dikenakan oleh kaum pria. Khusus buat kamu anak muda, gimana
sih pendapat kamu soal hal ini? Dan menurut busana pria yang bagaimanakah yang
lebih pantas? Bisa loh kasih pandangan
di kolom komentar kita.