Begini Ucapan Sutradara ‘The Shack’ Hadapi Kontroversi Sosok ‘Tri Tunggal’ dalam Filmnya
Sumber: www.theshack.movie

Entertainment / 1 June 2017

Kalangan Sendiri

Begini Ucapan Sutradara ‘The Shack’ Hadapi Kontroversi Sosok ‘Tri Tunggal’ dalam Filmnya

Lori Official Writer
8435

Keberanian sutradara Stuart Hazeldine mengangkat film ‘The Shack’, adaptasi dari novel yang ditulis William P. Young bukan tanpa risiko. Penggambaran sosok tri tunggal di dalam novel ini memang terbilang bisa membingungkan banyak orang Kristen, terutama mereka dari kalangan konservatif.

Meski begitu Hazeldine tampak santai menghadapi kontroversi yang dilayangkan publik kepadanya. Dia mengakui bahwa membuat ‘The Shack’ menjadi film yang layak ditonton cukup menguras waktu. Dia bahkan sudah begitu lama memikirkan bagaimana cara menggambarkan sosok Tuhan di dalam sebuah tayangan visual. Hal itu terbilang rumit, karena Tuhan pada dasarnya tidak kasat mata.

Namun dengan bantuan rekan seprofesinya, produser berpengalaman Hollywood Gil Netter, yang juga dikenal telah sukses menggarap film Life of Pi dan The Blind Side, Hazeldine pun merasa lega karena pandangan Gil Netter soal Kekristenan cukup membantunya.

“Para pemain harus merasa saya benar-benar memahami materi naskah. Pemain menarik kepercayaan dari sutradara. Ada juga sutradara lain yang tertarik dengan filmnya, tapi aspek teologis dari cerita yang mereka tidak pahami justru lebih penting, dan saya merasa tak perlu menunjukkan segala hal yang tidak saya pahami di dalam film,” ucapnya.

Jadi, untuk mengurangi kontroversi yang ditimbulkan di dalam film tersebut, Hazeldine mengaku berusaha untuk tidak memunculkan pemahaman teologis yang membingungkan penontonnya. “Saya tidak mengatakan kami mencoba untuk ikut campur dengan pemahaman itu. Tapi saya akan mengatakan bahwa kami hanya mencoba untuk fokus dan memperjelas bagian-bagian tertentu. Ada banyak pemotongan dan penggabungan yang terjadi ketika kamu mengadaptasikan sebuah buku, The Shack bisa jadi film berdurasi 10 panjangnya. Jadi kami hanya fokus mengikuti perjalanan emosional Mack dan konfliknya dengan Papa (Allah Bapa, yang dimainkan oleh Octavia Spencer).

Hazeldine juga tak menampik isu kontroversi lainnya yang muncul dalam The Shack seperti isu rasisme yang banyak disorot. “Ada unsure rasisme yang secara langsung tampak di dalam film. Dan kalau ada orang yang bermasalah dengan fakta bahwa Allah digambarkan sebagai seorang wanita kulit hitam, saya tidak benar-benar punya waktu untuk meresponi protes dangkal itu. Karena saat kamu membaca novelnya, ada penjelasan yang masuk akal kenapa Tuhan mungkin tidak memilih untuk menampilkan dirinya sedemikian rupa,” ucapnya.

Dia menjelaskan, inkarnasi yang dilakukan Yesus adalah bukti bahwa Tuhan jelas ingin menunjukkan bahwa dirinya segambar dengan manusia. Dan jika kita berpikir bahwa Tuhan itu adalah seorang pria kulit putih berjanggut, maka kita sedang membuat masalah. Sementara masalah lain yang tak kalah membingungkan adalah bagaimana dia harus menampilkan gambaran yang sesuai dengan kutipan di dalam Alkitab yang seolah bertentangan. Sebagaimana tertulis dalam Perjanjian Lama di Yesaya 45: 7 yang sangat berbeda jauh dengan kutipan ayat di Perjanjian Baru dalam 1 Yohanes 1: 5. Untuk tidak semakin membuat para penonton bingung, Hazeldine mengaku memilih untuk mengambil jalan aman.

“Saya tidak takut kontroversi. Kontroversi adalah jalan untuk menyampaikan klarifikasi, sebagaimana kesalahan seringnya bisa jadi jalan untuk menuju kesuksesan. Beberapa orang takut berbuat salah, mereka ingin menunjukkan teologi yang murni tanpa harus terlibat di dalamnya. Tapi bagaimana pun kita pasti akan menemukan sedikit perbedaan teologis,” terangnya.

Seperti diketahui, film yang dirilis resmi 3 Maret 2017 ini telah menjadi film box office yang sukses. Kerja keras Stuart Hazeldine dan Gil Netter memang cukup memuaskan. 

Sumber : Christiantoday.com/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami