Barang
tentu jadi sesuatu yang wajar ketika para pengemudi dilarang menggunakan ponsel
sembari mengemudi, ataupun mengemudi saat dalam keadaan mabuk. Tapi ada yang aneh dengan peraturan di Filipina.
Seperti dikutip
dari laman Abs-cbn.com, pemerintah setempat
telah mengeluarkan aturan larangan menggantungkan ikon agama berupa salib dan Rosario
di mobil, termasuk berbicara atau mengirim SMS melalui ponsel saat mengemudi,
makan dan minum serta mengemudi sambil berdandan. Larangan ini telah tertuang dalam undang-undang terbaru yang akan mulai diterapkan pada Jumat, 26 Mei 2017 mendatang.
Larangan yang
diumumkan pekan lalu itu pada akhirnya menuai protes keras dari warga dan juga Gereja
Katolik. “Ini berlebihan, tidak peka dan sangat tidak masuk akal,” kata Jerome Secillano,
pendeta sekaligus sekretaris eksekutif untuk urusan publik dari Koferensi Waligereja Filipina (KWI).
Dia mengatakan
bahwa memasang ikon agama di kendaraan justru membuat mereka lebih aman. Karena
mereka percaya bahwa salib atau Rosario tersebut membuat mereka merasa terlindungi.
Secillalo
meyakini larangan ini merupakan kelanjutan dari undang-undang yang pada awalnya
dimaksudkan untuk mengurangi kasus penggunaan ponsel saat mengemudi. “Saya
setuju dengan larangan penggunaan telepon saat mengemudi. TApi sama sekali tidak ada gunanya dengan melarang pemasangan ikon agama di mobil,” terangnya.
Sementara itu
pemimpin komunitas pengemudi dan pemilik jeepney Filipina, George San Mateo
dengan tegas menantang larangan tersebut. Dia menilai larangan itu hanya jadi
bentuk campur tangan pemerintah terhadap keyakinan seseorang. “Jangan ikut campur dengan iman pengemudi,” ujar Mateo.
Sebagaimana
diketahui, undang-undang baru ini menentapkan hukuman kepada siapapun yang berani
melanggar dalam bentuk denda senilai 3000-10.000 peso. Tak hanya itu, pengemudi
yang melakukan pelanggaran juga akan dicabut ijin mengemudinya dan sedikitnya 1
tahun penjara jika pengemudi menyebabkan kerugian terhadap pihak lain seperti kematian
atau luka serius dan kerusakan berat.
Belum
diketahui tanggapan balik dari pemerintah soal protes yang kebanyakan dilayangkan
oleh pihak Gereja Katolik ini. Tapi bisa kita ketahui bahwa hal ini menimbulkan
perang dingin yang semakin sengit antara Gereja Katolik dengan Presiden Filipina,
Rodrigo Duterte.