Himbauan Presiden
Joko Widodo (Jokowi) agar semua pihak memisahkan persoalan politik dan agama nyatanya
memicu adu pendapat di kalangan politikus dan pejabat negara. Tak disangka dengan
pernyataan dari orang nomor satu RI itu memunculkan banyak keberatan dan bahkan mulai menyudutkan orang lain.
Wakil Ketua
DPR RI Fadli Zon pun ikut kebakaran jenggot. Menurut politikus Partai Gerindra itu
panasnya suhu politik yang menyinggung-nyinggung soal agama menjelang pilkada saat ini terjadi karena munculnya kasus
penistaan agama oleh Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Persoalan
politik dan agama tak akan ada sama sekali jika Ahok tidak melontarkan pernyataan yang menyinggung ajaran salah satu agama.
“Jika saja tidak
ada pernyataan Saudara Basuki Tjahaja Purnama yang menyinggung kelompok Islam, gesekan
masyarakat juga tidak akan eskalatif seperti saat ini,” ucap Fadli, seperti dikutip Tribunnews.com, Rabu (29/3).
Fadli bahkan
menuding jika Ahok adalah akar penyebab dari persoalan saat ini. Ahok disebut-sebut
tak mampu mengendalikan ucapannya di depan publik. Sehingga melewati koridor yang sangat sensitif. “Di situlah akar utamanya,” katanya.
Menurut Fadli,
urusan politik dan agama tak ada hubungannya sama sekali jika persoalan yang ditimbulkan
Ahok tidak pernah terjadi. Dia juga menambahkan, motivasi dan ekspresi politik seseorang
tak akan jadi masalah jika dijalankan berdasarkan nilai-nilai agama. Karena sejak
awal kemerdekaan banyak partai politik berpayungkan agama yang dibentuk baik Islam, Kristen dan agama lainnya.
Dari pernyataan
Fadli Zon, perkara persoalan Ahok memang membuat umat beragama di Indonesia begitu
terguncang dan sbanyakbermunculan persoalan soal agama. Namun terlepas dari itu,
kita perlu tahu mengapa presiden sampai mengingatkan hal tersebut kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Himbauan ini
disampaikan presiden saat kunjungan peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara
di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada Jumat, 24 Maret 2017 lalu.
Presiden menekankan bahwa pemisahan ini menjadi solusi untuk menghindari gesekan
antarumat beragama yang disebabkan oleh berbagai pesta pemilu, bukan hanya sekadar karena soal Pemilihan Gubernur DKI Jakarta saja.
“Memang gesekan
kecil-kecil kita ini karena pilkada, karena pilgub, pilihan bupati, pilihan wali kota, inilah yang harus kita hindarkan,” ucap Presiden Jokowi.
Karena itulah
presiden meminta tidak ada pihak yang mencampuradukkan politik dan agama. “Dipisahkan
betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang politik,” lanjutnya.
Memisahkan politik
dengan agama sepertinya akan menjadi tugas berat pemerintah. Selama persoalan kepentingan
politik masih terus ada, agama yang jadi isu sensitif pasti akan dimainkan oleh
tokoh-tokoh politik untuk mencapai tujuan. Ucapan Ahok yang mengutip salah satu
ayat dalam kitab suci agama lain justru disampaikan untuk menghindari tokoh
politik memanfaatkan isu agama untuk memenangkan pemilu. Dan kesalah pahaman ini
menjadikan Ahok sebagai korban dari gesekan politik dan agama ini.