Tepat di Hari Film Nasional, Dua Artis Senior Ini Beberkan Dua Kekurangan dari Film Indonesia
Sumber: Popular-world.com

Entertainment / 30 March 2017

Kalangan Sendiri

Tepat di Hari Film Nasional, Dua Artis Senior Ini Beberkan Dua Kekurangan dari Film Indonesia

Lori Contributor
2615

Setiap 30 Maret, kita pasti akan merayakan Hari Film Nasional. 67 tahun yang lalu, pada 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar film yang pertama kali ditayangkan di layar kaca yaitu ‘Darah & Doa’ atau ‘Long March of Siliwangi’ yang disutradarai oleh Usmar Ismail, yang merupakan Bapak Perfilman Nasional dan pemrakarsa Usmar Ismail Awards (UIA)  yang digelar setiap tahunnya.

Dan sebagai pelaku yang sudah malang melintang di dunia perfilman, dua artis senior seperti Christine Hakim dan Lola Amalia tentu sudah tahu betul soal bagaimana pertumbuhan perfilman Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Tepat di Hari Film Nasional ini, keduanya mencoba menyuarakan pandangan mereka soal apa yang mereka lihat dan rasakan soal perfilman Indonesia.

Keduanya memang turut bangga dengan peningkatan penonton film Indonesia di bioskop sepanjang tahun 2016. Pencapaian ini bahkan dinilai fenomenal oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Muhadjir Effendy, MAP, karena dirasa  sudah ada peningkatan kreatifitas dari para insan perfilman Indonesia dalam memproduksi kontennya.

Meski begitu, Lola Amalia tetap menyampaikan bahwa kekurangan utama yang masih terjadi adalah sedikitnya jumlah layar untuk film Indonesia. Dia menilai kalau selama ini film Indonesia dan Hollywood masih terus bersaing ketat di bioskop.

“(Persaingan) itu masih terjadi kalau misalnya ada film box office Hollywood, tetap aja empat layar buat film itu sisanya buat film kita. Mungkin ada layar tambahan supaya kita enggak rebutan,” ucap Lola.

Sementara Christine Hakim sendiri menyampaikan bahwa hal yang paling penting untuk bisa meningkatkan kualitas film Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) nya. Salah satu vcara meningkatkannya adalah dengan membekali anak muda dalam hal pendidikan. “Gimana caranya smeningkatkan kemampuan SDM, itu sebabnya. Sebetulnya, anggaran (untuk perfilman) itu kan ada. Kirimlah anak muda untuk sekolah ke luar (negeri). Jadi, jangan ke luar negeri misalnya belajar ekonomi atau politik,” ucapnya.

Dia juga menyampaikan agar Indonesia bisa belajar dari India yang berhasil memproduksi sekitar 1000 film setiap tahunnya. Jauh sekali dengan Indonesia yang masih mampu memproduksi sekitar 100 film saja. Karena itu, Christine berharap pemerintah bisa kembali menggencarkan komunitas-komunitas film di berbagai daerah.

Film memang menjadi salah satu media yang bisa dipakai untuk menghibur, memberi pengaruh, pembelajaran, motivasi, inspirasi dan juga penjangkauan terhadap banyak orang. Dan sebagai orang-orang Kristen yang kreatif, fungsi inilah yang sepatutnya kita manfaatkan untuk melakukan penjangkauan yang efektif. Hari Film Nasional kali ini diharapkan tidak hanya sekadar bicara soal bagaimana peningkatan perfilman Indonesia, tapi juga bisa menjadi dorongan bagi anak muda Kristen untuk ambil bagian dalam pekerjaan perfilman dan menghasilkan film-film yang dibangun dengan dasar kebenaran firman Tuhan dan yang menginspirasi hidup banyak orang.

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami