Sidang Sinode
Gereja Kristen Injil (GKI) Se-Papua ke-17 resmi dibuka di Waisai, Kabupaten Raja
Ampat, Papua Barat pada Minggu, 12 Maret 2017. Sidang ini diselenggarakan dalam rangka menyusun kembali agenda kerja dan mengevaluasi kerja gereja.
Pembukaan sidang
ini diwarnai dengan penyalaan ‘obor abadi’ yang menjadi simbol dari kehangatan jemaat-jemaat
gereja Papua. Sebelum penyelenggaraan sidang, obor ini sudah dibawa berkeliling
mulai dari Sentani yang menjadi tempat penyelenggaraan Sidang Sinode ke-16 lima
tahun lalu. Sejak Oktober 2016 lalu, obor ini sudah dibawa ke Pulau Saonek dan mengelilingi seluruh kabupaten di Raja Ampat hingga berlabuh di Waisai kemarin.
Obor ini dibawa
oleh perwakilan masing-masing kabupaten dengan menggunakan perahu. Penyerahan obor
abadi inilah yang menjadi salah satu hal menarik dalam setiap penyelenggaraan Sidang
Sinode GKI Papua. Karena tak hanya sekadar melakukan penyerahan obor dengan menyalakannya
bersama-sama, tetapi perayaan ini juga diiringi dengan tari-tarian dan tabuhan suling
tambur. Tak hanya jemaat gereja saja yang berpartisipasi, namun juga banyak warga Muslim yang turut berpatisipasi.
Bupati Raja
Ampat Abdul Faris Umlati mengatakan, tradisi pembukaan Sidang Sinode 2017 ini terbilang
sebagai kirab budaya Raja Ampat. Juga sekaligus sebagai bentuk promosi terhadap dunia tentang keharmonisan agama dan etnis yang ada di Raja Ampat, Papus.
“Sidang ini
satu pentas acara musyawarah religi yang dilakukan GKI namun karena kebetulan kita
sebagai tuan rumah, sebagai kabupaten pariwisata, pemerintah daerah mensinergikan
dengan panitia sebagai ajang promosi yang melibatkan partisipasi masyarakat,” ucap Bupati Abdul.
Selain acara
penyalaan obor, Sidang Sinode GKI ini juga diisi dengan peresmian gedung Gereja
Alfa dan Omega Wasai, sebagai tempat penyelenggaraan acara. Acara ini pun dirayakan
dengan meriah menyusul kehadiran Ketua Sinode GKI Papua Pdt Albert Yoku, STh,
Plt Gubernur Papua Barat Subowo, anggota DPR RI Michael Wattimena, Gubernur terpilih
Papus Barat Dominggus Mandacan, Wakil Bupati Raja Ampat Manuel Piter Urbinas, Kapolda Papua Barat, Pangdam Kasuari dan undangan lainnya.
Sidang Sinode
ini pun dibuka dengan khotbah yang dibawakan oleh Ketua Sinode GKI Papua Pdt
Albert Yoku STh. Dia mengatakan bahwa pemerintahan GKI adalah pemerintahan Kristus sendiri, karena itu kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan hukum Kristus.
Pdt Yoku juga
mengatakan bahwa GKI adalah warga negara Indonesia dan dunia sehingga perlu dijunjung
nilai-nilai kebhinekaan dan persatuan di tengah warga yang beraneka ragam suku,
agama, ras dan antargolongan. Apalagi Indonesia merupakan negara yang heterogen.
“Untuk itu, agar semua tercapai pemerintahan Allah yang sesuai dengan kehendak Tuhan,
maka kita perlu hidup sesuai dengan ajaran Alkitab di dalam kehidupan ssehari-hari,”
tandasnya.