Pendeta Hillsong New York, Carl Lentz menyerukan agar
gereja tetap memelihara kasih dan kepedulian terhadap para pengungsi, siapapun
mereka. Seruan itu dilakukannya menyusul kebijakan terbaru dari presiden
Amerika Serikat, Donald Trump yang melalukan pembatasan terhadap pengungsi yang menuju ke negara itu.
“Kita punya bisa memilih siapa yang kita pilih. Kita
dapat berpendapat mengenai sebuah kebijakan ataupun sebuah prosedur terhadap
undang-undang. Tetapi kita tidak bisa untuk memilih siapa yang kita kasihi. Ini
bukanlah pilihan. Mereka (pengungsi) bukanlah sebuah penghalang. Mereka adalah
apa yang ditulis di Injil. Dan bagaimana kita merespon mereka, mungkin adalah
ukuran terbesar dari apa yang selama ini kita percayai,” ujar Carl, dirilis christianpost, Rabu (1/2/2017).
Carl mengatakan bahwa gereja punya tanggungjawab yang
besar untuk ikut bertindak terhadap para pengungsi. Dan hal itu bukanlah sebuah
langkah politik, atau gereja masuk dalam ranah politik, namun hal itu adalah tanggungjawab bagi setiap keluarga Kristen.
"Kita akan berdiri bersama-sama dan kita akan
berdoa untuk para pengungsi. Kami akan berdoa untuk mereka yang dikucilkan.
Kita akan berdoa bagi mereka yang tidak punya tempat untuk hidup, untuk mereka
dimana tidak ada yang menempatkan atap di atas kepala mereka, atau mereka yang tak seorang pun yang akan membuka pintu buat mereka,” tegasnya.
Diakhir khotbahnya, Carl menyatakan bahwa pemerintah
punya tugas untuk membuat undang-undang dan melindungi negara. Namun gereja
tetap punya tugas utama yaitu untuk mencintai para pengungsi, tidak peduli dari
mana mereka berasal dan atau apa latar belakang mereka.