Prihatin Larangan Pengungsi, Ini Kata Para Pemimpin Kristen ke Trump
Sumber: Christianpost.com/

Internasional / 1 February 2017

Kalangan Sendiri

Prihatin Larangan Pengungsi, Ini Kata Para Pemimpin Kristen ke Trump

Lori Official Writer
4010

Kontroversi larangan pengungsi ke Amerika Serikat (AS) terus mengundang protes, termasuk umat Kristen yang mendukung presiden Donald Trump saat pemilu. Sejumlah lembaga Kristen menyatakan keprihatinan mereka atas larangan keras masuknya pengungsi dari tujuh negara Muslim ke negara tersebut.

Mereka yang memprotes kebijakan ini diketahui mayoritas bekerja atau menjadi sukarelawan di organisasi nirlaba Kristen yang fokus menangani para pengungsi di Amerika. Larangan ini dinilai hanya akan menyakiti baik laki-laki, perempuan dan anak-anak yang mengalami penganiayaan atas nama agama di negaranya sendiri.

“Presiden mengatakan dia khawatir tentang bahaya dari membiarkan pengungsi masuk ke negara ini. Baik. Lalu bagaimana dengan risiko dari membiarkan mereka? Bagaimana dengan biaya menutup pintu kita di tengah krisis kemanusiaan di dalam hidup kita? Puluhan ribu orang akan mendeirta sia-sia. Penderitaan itu akan membiarkan kekerasan dan ketidakstabilan di Timur Tengah, bahkan hal itu akan menyebar,” ucap Jeremy Courtney, pemimpin dari Preemptive Love Coalition, sebuah organisasi berbasis keagamaan nonprofit yang fokus membantu para pengungsi.

Sementara Richard Stearns, pemimpin lembaga Kristen World Vision Amerika mengatakan, para pengungsi itu bahkan merupakan orang-orang yang sangat dirugikan karena terorisme.

“Orang Kristen dipanggil Yesus untuk mengasihi sesama kita, untuk merawat orang miskin dan menyambut orang asing. Sekitar 80% dari pengungsi yang melarikan diri dari Suriah adalah perempuan, anak-anak dan orang tua yang telah kehilangan segalanya. Mereka adalah korban dari teror brutal, bukan pelaku dan mereka layak menerima belas kasihan dari bangsa kita,” ucap Stearns.

Senada dengan itu, pemimpin World Relief, perpanjangan tangan dari Persekutuan Penginjil Nasional, mengatakan kalau larangan itu tidaklah diperlukan untuk menjaga keamanan Nasional.

“Rakyat Amerika benar-benar meminta transparansi dari kebijakan yang diambil untuk melindungi tanah air kita. Sementara itu, adalah lebih bijak untuk selalu bekerja meningkatkan efektivitas, larangan yang panjang dan lengkap tidak dibutuhkan untuk memenuhi komitmen kita untuk menjaga keamanan, transparansi dan belas kasihan,” terangnya.

Sementara pemimpin Pusat Penginjilan Kampus Wheaton Billy Graham menyampaikan bahwa ketakutan tidak seharusnya menjadi alasan untuk menerapkan larangan ini. Karena pada dasarnya, orang Kristen dipanggil untuk melayani dan menangani krisi pengungsi global. “Kita sebagai pengikut Kristus berkomitmen untuk merawat orang yang renta, terpinggirkan dan kaum teraniaya dan pengembara.”

Para pemimpin organisasi dan lembaga Kristen ini tampaknya sehati dalam menentang kebijakan Trump. Tapi berbeda dengan penginjil sekaligus pendiri lembaga Samaria Purse, Franklin Graham yang menyatakan dukungannya atas kebijakan tersebut. Menurutnya, Amerika sebagai sebuah bangsa juga perlu memikirkan tentang keamanan bangsanya, dan dalam hal ini larangan pengungsi dari tujuh negara itu dipikir menjadi jalan untuk menghindari ancaman terorisme di dalam negeri.

“Yang berkaitan dengan Amerika Serikat, saya percaya bahwa semua orang yang berasal dari negara lain harus benar-benar diperiksa. Kita harus memastikan filosofi mereka terkait kebebasan dan kemerdekaan sejalan dengan kita. Saya mendukung zona aman di negara-negara dimana para pengungsi ini bisa melarikan diri dan menemukan perlindungan. Ini jauh lebih aman daripada mereka mencoba untuk menyeberangi laut, mempertaruhkan hidup mereka. Mari membantu mereka,” ucap Graham.

Tentu saja perbedaan pandangan ini semakin meningkatkan ketegangan antar masyarakat Amerika, khususnya antara sesama gereja dan lembaga Kristen. Karena itu, diperlukan adanya sikap saling memahami dan mendorong semua orang untuk berdoa dan meminta petunjuk dari Tuhan supaya kebijakan Donald Trump ini tidak menjadi batu sandungan bagi umat Kristen, yang dikenal sebagai orang-orang yang hidup dengan belas kasihan terhadap sesama.

Sumber : Cnn.com/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami