Lagi-lagi pemimpin
Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus melontarkan pesan yang menohok ke jemaatnya.
Kali ini dia menyampaikan beberapa pesan soal kebiasaan beribadah jemaat Katolik
di Guidonia, Roma saat kunjungannya pada Minggu, 15 Januari 2016 lalu. Dia menyampaikan,
adalah kesia-siakan belaka pergi ke gereja jika ternyata tidak melakukan ajaran baik dalam kehidupan sehari-hari sesuai yang tertulis dalam Alkitab.
“Jika saya mengatakan
saya adalah seorang Katolik dan mengikuti misa, tapi di sisi lain saya tidak berbicara
dengan orang tua saya, membantu kakek-nenek saya atau orang miskin, pergi dan
menjenguk orang-orang sakit, hal ini tidak membuktikan keyakinan saya, tidak
ada gunanya,” kata Paus kepada jemaat di Guidonia, sebuah desa terpencil di dekat Roma.
Paus menyebut
orang-orang seperti itu adalah ‘Kristen beo’ yang hanya terus berdoa dan pandai
berkata-kata saja. Tapi tidak mencerminkan perbuatan baik dalam hidupnya sebagai
pelayan Tuhan. “Iman Kristen dinyatakan dengan tiga hal: kata-kata, hati, dan tangan,” ucapnya.
Pesan lain
yang juga disampaikannya adalah perihal mengampuni. Paus mengingatkan supaya
setiap orang mau mengampuni. Mengampuni mungkin hal yang sangat sulit
dilakukan, tapi bagaimanapun orang Kristen harus mengampuni orang lain yang sudah menyakiti atau merancangkan suatu kejahatan.
“Saya kenal
seorang wanita tua yang kuat, ceria, dimana suaminya selalu memukuli dia. Anda harus
selalu memaafkan tapi kadang kala melupakan mungkin sulit. Saat Anda berperang
dengan seseorang, hati Anda terluka oleh kebencian dan permusuhan, dan
luka-luka itu bisa menyakitkan. Tapi Anda perlu mengampuni mereka dan tidak pergi
menghadap orang itu untuk memaafkannya seperti seorang musuh,” terang Paus Fransiskus.
Dengan jujur,
Paus mengaku bahwa dia juga kadang kala bisa mengalami masa saat sedang berada
di ‘momen kegelapan’. Hal itu terjadi dengan mudah saat imannya lemah. “Beberapa
waktu kita tidak bisa melihat iman, semua tampak berada dalam kegelapan. Tapi dari
waktu ke waktu kita akan menemukan (iman) itu kembali. Kita memahami bahwa ada
kegelapan, kita harus menghormati sisi gelap di dalam jiwa kita. Kita tidak
belajar untuk memperoleh iman, kita menerimanya sebagai sebuah hadiah,” tandasnya.
Mungkin
banyak diantara kita yang berpikir bahwa asal rajin saja ke gereja itu sudah
cukup membuktikan bahwa kita adalah orang-orang Kristen. Tapi nyatanya ibadah kita
bukan hal yang utama yang dinilai Tuhan. Karena Dia menghendaki kita hidup seperti
Kristus yang mengasihi sesama sebagaimana Dia mengasihi Allah. Karena itu ibadah
kita kepada Tuhan harus selaras dengan tindakan, perkataan dan perbuatan kita.