Kehilangan
anak secara tiba-tiba karena tindakan pembunuhan tentu saja jadi sebuah peristiwa
yang begitu mengguncangkan hidup setiap orangtua. Tuntutan akan hukuman yang
setimpal pun dianggap pantas untuk menjerat pelaku, setidaknya hukuman seumur hidup atau hukuman mati.
Keluarga Inge
Handoko mengalaminya. Happy Handoko, putri bungsu mereka dibunuh dengan cara yang
menyedihkan. Berita kematian Happy adalah pukulan besar bagi keluarga ini. Peristiwa
ini terjadi ketika Inge Handoko sedang berada di luar negeri. Sebuah panggilan dari
adik iparnya memaksanya untuk pulang. Tak ada penjelasan yang terlalu mengkhawatirkan, dia hanya diminta untuk pulang karena Happy sedang sakit.
Dengan perasaan
curiga dan gelisah, Inge mulai bertanya ke Tuhan. Dia takut kalau-kalau ada hal
tak terduga yang terjadi dalam keluarganya. Dia pun berdoa, meminta Tuhan menunjukkan
apa gerangan yang terjadi. “Malam itu aku berlutut berdoa. Aku nangis. Aku
mohon petunjuk pada Tuhan, apa yang terjadi sama anakku. Di situ di dalam doa,
Tuhan berikan pengelihatan ke aku peti jenazah Happy dan foto anakku di depan. Malam
itu aku menangis histeris. Kog melihat ini ya, yang nggak aku bayangkan,” tutur Inge mengenang malam saat putri terkasihnya meninggal dunia.
Sepanjang
malam Inge terus berdoa minta supaya Tuhan kembali mengkonfirmasi apa yang sebenarnya
terjadi. Lagi-lagi, Tuhan kasih pengelihatan yang sama. Nggak ada yang bisa dilakukan selain meminta Tuhan berikan kekuatan untuk menghadapinya.
Setibanya di
tanah air, Inge benar-benar melihat hal yang persis sama dengan penglihatan di
dalam doanya. Ketika seluruh keluarga menangisi kepergian putrinya Happy. Inge malah
tampak tenang dan sama sekali nggak meneteskan air mata. Tuhan benar-benar bisa menguatkan dia.
“Aku nggak
nyangka mama bisa begitu tabah. Nggak nangis. Nggak histeris. Seakan kuat menerima kenyataan seperti ini,” ucap Widi, anak sulung Inge.
Kematian Happy
membuat seluruh keluarga depresi. Hampir setiap malamnya, Inge harus terus dirasuki
mimpi soal Happy. Dia begitu menderita. Lalu dia pun mencoba untuk berlutut
dihdapan Tuhan. “Aku bilang ‘Tuhan tolong keluarga kami melewati masa-masa krisis ini’,” ucap Inge.
Dari hasil
otopsi yang dikeluarkan pihak kepolisian, Happy terbukti meninggal dunia karena
tindakan kekerasan seksual. Pelaku mengaku tak berniat membunuh korban, karena
niat awalnya adalah untuk memperkosa korban. Secara hukum, tindakan pelaku dinilai
begitu kejam dan keji. Karenanya, baik Inge dan suami benar-benar menuntut supaya tersangka dihukum seberat-beratnya.
“Saat itu
diputuskan anak ini akan dihukum 13 tahun. Trus aku katakan ke adikku jangan lepaskan pokoknya. Kami harus bisa tuntut semaksimal mungkin,” kata Inge.
Kobaran kebencian
dan dendam masih terus tumbuh di dalam hati mereka. Satu hal yang pasti, pelaku
harus mendapatkan ganjaran hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Tapi, entah bagaimana Tuhan mengingatkan keluarga ini untuk memilih mengampuni saja.
Lewat putra
sulungnya, Inge ditegur Tuhan supaya mau mengampuni pelaku dan tak lagi menuntut
hukuman atas dia. Bak gayung bersambut, solusi yang disarankan Tuhan seakan adalah
satu-satunya cara bagi keluarga ini untuk terlepas dari depresi yang mereka alami setelah kematian Happy.
“Ayah dari
pembunuh anakku itu datang dengan neneknya. Dia bilang, ‘Ini cucu laki
satu-satunya. Tolong kasihani dia’. Itu sungguh menimbulkan naluri seorang ibu,
belas kasih seorang ibu. Kemudian orangtua dari pembunuh anakku bilang, “Aku
nggak sangka kalau bapak menawarkan untuk menolong anakku. Sebetulnya aku
melihat dari keluarga bapak menderita, nggak sebanding dengan anakku dihukum.
Tapi setelah kami dihadapkan ke pembunuh itu, aku dan suamiku gemetar. Rasanya kami nggak sanggup mengampuni,” terangnya.
“Aku berdoa
sama suamiku, “Tuhan mampukan kami mengampuni orang yang membunuh anak kami.” Aku
bersyukur kalau aku punya Tuhan yang hidup dan Tuhan yang baik. Suami ku bilang,
‘Om dan tante mengampunimu.’” Demikian Inge dan suaminya mengampuni pelaku pembunuh putri mereka.
Keluarga Inge
resmi mencabut tuntutan terhadap pelaku. Mereka membuat permohonan supaya pelaku
dibebaskan sepenuhnya. Tindakan pengampunan ini pada akhirnya membawa terobosan
atas keluarga mereka. Beban kesedihan, dendam dan kebencian yang selama itu
mereka pikul pada akhirnya terlepas.
Meskipun
secara naluri, tindakan pelaku sudah sepatutnya mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Tapi hal itu mungkin tetap tak akan membuat hidup keluarga Inge Handoko
bahagia. Karena itu, satu-satunya jalan keluar yang Tuhan sediakan adalah melalui
sikap untuk mau mengampuni, yang tentu saja sangat berat untuk dilakukan. Hanya
orang-orang yang rendah hati dan mengasihi Tuhan lah yang mampu melakukannya.