Setiap tanggal 9 Januari setiap tahunnya, umat Katolik Filipina
menggelar festival keagamaan besar Black Nazarene. Festival ini identik dengan acara arak-arakan patung batu Yesus yang berlutut dengan salib dibahunya.
Patung ini biasanya akan diarak mulai dari tempat penyimpanannya
di Gereja Basilika Ng Nazareno di Quiapo menuju pusat kota Manila. Seperti yang
dipercayai umat Kristen Katolik, patung Yesus itu memiliki kekuatan penyembuhan.
Mereka percaya akan diberkati dan mengalami kesembuhan hanya dengan menyentuh patung tersebut.
Kepercayaan yang turun temurun inilah yang menarik minat jutaan
umat Katolik Filipina hadir memeriahkan festival ini. Dan saat perayaannya pada
Senin, 9 Januari kemarin, lebih dari satu juta orang hadir untuk berdoa dan mengalami mujizat.
Sementara pihak gereja penyelenggara meyakini jumlah peserta
yang ikut diperkirakan akan mencapai 15 juta orang dan akan terus bertahan sepanjang acara berlangsung.
Jimray Bacomage (37), salah satu peserta yang hadir
mengatakan kehadirannya dalam festival ini adalah untuk menyampaikan ucapan
syukur atas berkat yang diberikan Tuhan bagi dia dan keluarganya. Dia juga bersyukur karena Black Nazarene menyembuhkan lengannya yang patah.
Mujizat yang dialami oleh banyak orang saat menyentuh patung
tersebut telah menjadi daya tarik yang begitu besar. Demi menyentuhnya, jutaan orang
yang hadir pun rela berdesak-desakan dan ada pula yang tetap setia menunggu selama berjam-jam untuk mendapat kesempatan menyentuhnya.
“Di satu sisi prosesi ini menirukan peristiwa di Kalvari:
pengorbanan dan penderitaan yang Tuhan tanggung untuk keselamatan kita seperti
ketika Yesus berjalan tanpa alas kaki, memikul salib ke Gunung Kalvari. Para peserta
juga ingin membalasnya dengan berpartisipasi dalam penderitaan Tuhan kita dan masuk
dalam Misteri Paskah Kristus,” ucap Pastor Jose Clemente Ignacio, pemimpin Basilika Black Nazarene.
Untuk mencegah segala ancaman yang tak terduga saat pelaksanaan
arak-arakan patung Yesus, pemerintah setempat mengarahkan sebanyak 4000 tentara,
polisi dan pekerja medis. Untuk mencegah ancaman teror lainnya, pemerintah juga
sengaja memutus layanan telepon seluler selama acara. Selain itu, peserta juga dilarang
keras menggunakan drone dan petasan.
Akibat kerumunan orang yang berdesak-desakan, sebanyak
100 orang mengalami luka ringan. Bisa dikatakan jumlah korban luka maupun tewas
tahun ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2016 silam, dimana sebanyak
dua orang tewas dan lebih dari 1200 orang mengalami luka ringan.