Ketika berbicara
soal festival keagamaan, kita sering kali sulit memisahkan antara sejarah dan tradisi.
Sementara Alkitab tidak benar-benar mengungkapkan bulan, tanggal atau bahkan tahun
kelahiran Yesus sendiri. Namun para peneliti dan ahli mampu mengumpulkan beberapa
narasi dari fakta Natal pertama terjadi ribuan tahun silam dengan menetapkan 25 Desember sebagai Natal yang dirayakan untuk pertama kali oleh Gereja Katolik.
Bagi orang Kristen,
Natal adalah hari besar paling penting setelah Paskah, yang menjadi perayaan kebangkitan
Yesus yang begitu fenomenal sepanjang sejarah. Sementara dalam kalender modern yang
disebut dengan Kalender Gregorian, yang awalnya dikembangkan oleh Paus Gregorius
XIII pada tahun 1582, sebenarnya didasarkan pada kelahiran Yesus. Singkatan dari
penanda jaman Masehi dan Sebelum Masehi masih digunakan saat ini sebagai tolak
ukur sejarah dari ‘Sebelum Kehadiran Kristus’ dan anno Domini (dalam bahasa Latin artinya Tahun Kehadiran Kristus).
Penetapan pertama
Natal pada 25 Desember ditemukan di kalender Romawi pada tahun 336 Masehi. Sebelum
itu, Gereja mengikuti perayaan Epiphany yang dirayakan setiap 6 Januari. Perayaan ini sekaligus sebagai penanda libur panjang setiap musimnya.
Perayaan ini
juga diikuti dengan festival Three King’s Day, yang mengakui kunjungan dari tiga
orang Majus untuk menyaksikan kelahiran Yesus di Nazareth serta pembaptisan Yesus oleh nabi Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan.
Lalu siapa sebetulnya
tokoh di balik penetapan Natal pada 25 Desember? Sejarawan telah membuktikan bahwa
penetapan Natal yang sekarang ini kita rayakan adalah pihak Gereja Katolik. Dalam
sejarahnya, tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan peristiwa titik balik
matahari musim dingin di Kalender Julian, kanlender terdahulu sebelum Kalender Gregorian
yang masih diikuti oleh denominasi Kristen Ortodoks Timur. Peristiwa kelahiran matahari,
yang dipercayai oleh kaum pagan ini akhirnya menggerakkan gereja untuk memilih tanggal 25 Desember sebagai perayaan Natal untuk membelotkan kepercayaan kaum pagan.
Kendati begitu,
sebagian gereja tetap tidak setuju karena justru menggunakan tradisi kaum pagan sebagai momen untuk merayakan hari kelahiran sang juruslamat.
Kendati hampir
seluruh gereja akhirnya mengikuti penetapan kalender ini, namun tidak semua orang
Kristen yang ikut merayakan Natal pada 25 Desember. Karena denominasi Kristen Ortodoks
Timur masih mengikuti kalender Julius, dimana Natal dirayakan malah pada bulan Januari. Sementara Kristen Armenia merayakan Natal pada 6 Januari tepat saat perayaan Epiphany.
Terlepas dari benar tidaknya tanggal dan bulan kelahiran Yesus, kita patut bersyukur bahwa penetapan Natal yang jatuh setiap tanggal 25 Desember ini bisa menjadi momen bagi seluruh umat Tuhan duduk bersama-sama dan merasakan sukacita yang sama memperingati kelahiran sang juruslamat dunia.
Sumber : Ibtimes.com/jawaban.com