Julian Robert: Hidupku Terpuruk Karena Narkoba
Sumber: Jawaban.Com

Family / 28 November 2016

Kalangan Sendiri

Julian Robert: Hidupku Terpuruk Karena Narkoba

Budhi Marpaung Official Writer
5128

Latar belakang keluarga yang baik-baik ternyata tidak lantas membuat jalan hidup yang diambil Julian Robert sama seperti keadaan keluarganya. Tanpa diketahui oleh orang tuanya, Julian telah mengonsumsi narkoba.

“Untuk saat itu, saya sih orangnya bermain cantik ya. Keluarga tidak tahu sama sekali apa yang saya lakukan. Yang keluarga tahu saya tidak merokok, tidak macam-macam,” ujar Julian.

Makin hari kebutuhan Julian terhadap narkoba khususnya putaw semakin meningkat. Dari awalnya Rp 20.000 sehari menjadi 100.000 perhari. Supaya bisa terus mengonsumsi, akhirnya Julian memutuskan untuk menjual barang-barang miliknya.

“Kalau ditanya, ini mana nih barangnya PS; karena mereka percaya saya orang baik-baik, mereka menuduh orang lain. Mungkin diambil pembantu saya atau diambil siapa,” ungkap Julian.

Lelah dengan keadaan - pagi harus bangun pagi, konsumsi putaw, lalu kemudian harus cari uang untuk beli putaw, Julian akhirnya memberitahukan kepada orang tuanya bahwa ia juga pecandu putaw seperti kakaknya.

Berpikir orang tua akan marah atau melakukan tindakan yang menghakimi dirinya, ayah dan ibu justru merangkul Julian. Mereka pun membawa Julian untuk melakukan rehabilitasi.

Usaha yang dilakukan orang tua berhasil, tetapi hanya berlangsung selama beberapa bulan saja. Setelah kembali kepada pergaulan, Julian kembali mengonsumsi narkoba. Bukan karena ajakan / tawaran teman-teman, tetapi atas inisiatifnya sendiri.

Satu waktu, terdorong sakaw, Julian menelepon seseorang untuk membeli putaw. Di jam yang sudah ditentukan, ia pun menuju lokasi. Namun, tanpa disadari, polisi telah mengintainya. Tidak lama transaksi selesai, ia pun diringkus pihak berwajib.

Atas tindakan tersebut, Julian harus merasakan dinginnya penjara selama enam bulan. Lepas dari hotel prodeo, ia kembali berkeinginan untuk mengonsumsi putaw. Dengan bantuan teman-teman, mereka pun pergi ke tempat untuk membeli barang yang dimaksud.

Setiba di lokasi, seorang teman turun dan membeli barang yang mereka inginkan. Dari mobil, Julian melihat seorang polisi yang pernah menangkapnya. Ia pun langsung menyuruh teman yang menyetir mobil untuk menyalakan kendaraan dan pergi dari lokasi tersebut. Teman yang turun sebelumnya akhirnya yang ditahan oleh pihak berwajib.

Lolos dari sergapan polisi bukan berarti hidupnya jadi aman. Pihak kepolisian ternyata telah mendatangi rumah Julian dan ia mengetahui itu langsung dari ayahnya. Atas saran sang ayah, ia diminta untuk jangan pulang dan segera pergi ke rumah rehabilitasi, Rumah Damai yang ada di Semarang, Jawa Tengah.

Dengan berat hati, ia pun ke Rumah Damai. Selama perjalanan, ia kembali mengalami sakaw. Namun, anehnya sesampai di sana, sakaw yang ia rasakan hilang.

Penerimaan yang ramah yang ditunjukkan saat pertama kali memberi kesan tersendiri baginya. Setelah berada di sana, ia kemudian mengikuti satu kelas yang bernama School of Act.

“Dia berbicara tentang Yosua dan dia berbicara tentang janganlah takut, jangan kecut. Yosua 10:25, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah tawar hati, jangan takut terhadap musuhmu. Dari situ saya langsung dapat rhema, saya gak perlu takut dengan musuh-musuh saya, dalam arti narkoba itu.. Saya mesti stand firm, saya mesti berdiri, saya mesti hadapi itu semua. Sejak saat itu, saya mendapat kayak kebangunan rohani saya sendiri. Saya berdiri saya bilang, ‘oke Tuhan, saya akan hadapi ini, saya berdiri,” tutur Julian.

Sejak saat itu, Julian pun memutuskan untuk menghindari pergaulannya yang buruk.

“Saya baru sadar sekarang kalau saya punya Tuhan yang sangat-sangat besar, yang baik bagi saya. Anugerah-Nya besar bagi saya. Apalagi sekarang, saya ditambah anugerah. Saya diberikan keluarga. Saya ada seorang istri yang baik, yang memperhatikan saya, seorang anak yang baik, yang lucu. Tuhan memberikan kepada saya, lebih dari apa yang saya bayangkan,” imbuh Julian.

Bagi Julian, Tuhan adalah Tuhan Yesus yang mengampuninya, yang mengangkatnya dari kotoran, dan mati di kayu salib untuk ganti dosanya. “Dan Dia tidak jemu-jemunya selalu berada di sisi saya, di mana pun saya berada,” pungkas Julian.

Sumber : Julian Robert
Halaman :
1

Ikuti Kami