Pemilihan Umum
(Pemilu) Amerika telah berlangsung pada Selasa (8/11) waktu setempat. Saat ini, rakyat
Amerika tengah menanti hasil penghitungan suara dari kandidat presiden yaitu Hillary Clinton bersama rivalnya Donald Trump.
Kendati belum
mendapatkan jumlah suara yang pasti, seluruh rakyat Amerika berharap hasil
akhir pemilu nantinya adalah hasil terbaik. Untuk itu, ribuan umat Kristen Amerika
bersatu hati menggelar Hari Komuni untuk Pemilu pada Selasa, 8 November 2016 pagi.
Hari Komuni
untuk Pemilu ini adalah sebuah gerakan yang dipelopori oleh sejumlah pendeta dari
berbagai denominasi gereja dan pertama kali digelar pada pemilihan Presiden 2012
lalu. Saat itu, sekitar 900 gereja berpartisipasi ikut dalam acara ibadah doa dan komuni ini.
Sementara Hari
Komuni untuk Pemilu tahun 2016 ini dicanangkan oleh Jaringan Pendukung Keadilan dan Perdamaian dari Mennonite Church, AS dan Mennonite Mission Network.
“Anda
benar-benar punya ribuan orang dari seluruh tanah air terlibat dalam proses politik
yang memilih di sekitar tempat tinggal mereka dimanapun itu, dan kemudian nanti
malam (malam sebelum pemilu) orang-orang akan berkumpul untuk menerima komuni,” kata Jason Boone, Koordinator dari Jaringan Pendukung Keadilan dan Perdamaian.
Gereja yang
terlibat dalam Hari Komuni untuk Pemilu tahun ini memang tampak menurun, hanya sekitar
350 gereja (sekitar 30 persen dari pemilu tahun 2012). Namun Boone percaya
banyak gereja di luar sana yang peduli dengan perhelatan politik saat ini dan bergerak dengan cara mereka.
Sebagai bentuk
dukungan terhadap pemilu 2016 ini, sebagian gereja bahkan mengijinkan gedung gereja
digunakan sebagai TPS. Gereja Red River di Austin, Texas, misalnya, bersedia digunakan
sebagai lokasi pemungutan suara saat pemilu kemarin.
Mari juga
ikut berdoa mendukung penghitungan suara pemilu Amerika yang terbaik, tidak
curang dan transparan. Kiranya presiden terpilih adalah pemimpin yang dikehendaki
Tuhan.