10 Tanda ini akan Tunjukkan Anda Cinta Uang atau Tidak
Sumber: Wordpress.com

Finance / 9 November 2016

Kalangan Sendiri

10 Tanda ini akan Tunjukkan Anda Cinta Uang atau Tidak

Budhi Marpaung Official Writer
13168
Dalam surat kepada Timotius, rasul Paulus menuliskan tentang bahaya mencintai uang. Karena memburu uang, ujar Paulus, beberapa orang menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (I Timotius 6:10).

Bahaya yang ditimbulkan oleh cinta akan uang begitu nyata sehingga kita sebagai orang-orang percaya perlu untuk memperhatikan tentang hal ini. Kita perlu cek dan ricek hati setiap waktu. 10 tanda ini bisa membantu untuk mengetahui apakah kita mencintai uang atau tidak.

1. Terobsesi menjadi kaya

Yang menjadi perhatian di sini bukanlah kekayaannya, tetapi cinta akan uangnya. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana kita bekerja. Bila kita bekerja sangat keras sampai melupakan hubungan dengan Tuhan dan bahkan keluarga dan anak maka itu berarti kekayaan sudah mengambil tempat di hati kita.

2. Tidak pernah puas

Tanda kedua ini lebih kepada bagaimana respon terhadap hasil yang sudah Anda peroleh, apakah kita bersyukur atau tidak. Jika kita kurang atau bahkan tidak pernah bersyukur maka itu bisa jadi uang sudah bertahta di dalam diri.

3. Hidup di luar kemampuan

Padahal mengetahui besarnya pendapatan yang ada, tetapi kita selalu tergoda untuk membeli atau terdorong untuk mengonsumsi sesuatu. Kita tidak peduli apakah itu sampai harus dibayar dengan kartu kredit sekalipun.  

4. Tukang pamer

Sosial media adalah salah satu parameter yang tepat untuk mengetahui seperti apakah kita. Apakah di dalam postingan kita, lebih banyak menunjukkan barang-barang baru dan mewah, atau hal-hal yang menginspirasi.

5. Serakah

Sulit atau mudah untuk mau memberi adalah tanda selanjutnya seseorang cinta akan uang atau tidak. Jika dia terlalu kuat menggenggam semua kekayaan dan tidak mau untuk memberi atau berbuat baik kepada orang lain maka itu berarti keserakahan sudah ada di dalam dirinya.

Sebaliknya, apabila dia mau menyerahkan sebagian dari yang ia miliki untuk orang lain maka itu artinya kebaikan ada di dalam orang tersebut.

6. Lupa dengan Sang Sumber Pemberi

Kita mencintai uang saat harapan dan rasa aman kita dasarkan kepada kondisi keuangan. Padahal keuangan kita di dunia “bisa terusak oleh ngengat dan karat” (Matius 6:19).

Terkadang uang bisa membuat kita menjauh dari Tuhan lewat cara yang halus. Jika tidak yakin dengan petualangan kehidupan yang akan dijalani, bertanyalah, “Apakah uang membawa saya sukacita dan kepuasan dibandingkan mengasihi, menaati dan melayani Tuhan?”

Ulangan 8:18 menyatakan, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” Ingatlah kepada sumber dari kekayaan kita dan kita akan terjauh dari kekeliruan menaruhkan pengharapan kita.

7. Loyalitas terbagi

Ketika uang atau harta mendorong kita - seperti seorang mandor, seperti sedang dalam kecanduan - kita mungkin sedang melayani dewa materialisme.

John Calvin menulis, "Apabila kekayaan memegang kekuasaan atas hati, Allah sudah kehilangan kekuasaan-Nya."

"Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada ... Tak seorangpun yang dapat mengabdi kepada dua tuan ... Kamu tidak dapat melayani kepada Allah dan kepada Mamon" (Matius 6:21, 24).

8. Tergoda untuk berbuat dosa

Cinta akan uang dapat memperhadapkan kita kepada pilihan-pilihan untuk berdosa: berbuat curang mengenai pajak, memanipulasi data pelanggan, dan lain sebagainya.

Cinta uang mengaburkan penilaian yang baik. Dibutakan oleh keserakahan dan nafsu, kita bisa terjebak ke dalam "perangkap" (1 Timotius 6:9).

Jagalah hati, dan jika menemukan diri tergoda untuk membuat pilihan keuangan yang berdosa, bertobatlah dan kembali kepada Tuhan!

9. Hidup mengarah kepada penderitaan

Cinta akan uang selalu menghasilkan buah yang pahit. Bukan hanya mengalami kesulitan keuangan di bank, tetapi juga persoalan-persoalan hubungan dengan orang tua maupun pasangan dan anak.

10. Merasa membutuhkan penasihat.  

Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak. (Amsal 12:15)

Jika mulai melihat masalah-masalah timbul karena pilihan keuangan yang diambil, pertama, perhatikan kebenaran tentang keuangan dalam Firman Allah dan kemudian letakkan keyakinan di dalam Tuhan (Amsal 16:20). Akan tetapi, jangan mengesampingkan konseling keuangan dari penasihat keuangan alkitabiah atau pelayanan Kristen yang mengkhususkan diri dalam hal finansial.

 

Tidak ada yang salah dengan memperoleh kekayaan. Menjadi salah besar ketika kekayaan “memiliki” kita.

Sumber : Dawn Wilson / crosswalk.com
Halaman :
1

Ikuti Kami