Tempat pembaringan
Yesus di Gereja Makam Kudus di Kota Tua Yerusalem diperlihatkan
kepada publik untuk pertama kalinya setelah berabad-abad lamanya terkubur
dengan batu marmer. Pembaringan Yesus yang terbuat dari lempengan batu asli itu diakui sebagai tempat pembaringan tubuh Yesus setelah penyaliban-Nya.
Seperti laporan
National Geographic, Rabu (26/10), tim arkeolog menemukan sejumlah material yang
melapisi batu marmer. Setelah membongkar lapisan tersebut, mereka menemukan permukaan batu asli, yang menurut tradisi, tubuh Yesus dibaringkan di sana.
Para
arkeolog menyampaikan, temuan ini bisa menjadi pengetahuan baru bagi para imam gereja
tentang bentuk pembaringan terakhir Yesus, yang menjadi sejarah awal Makam Kudus sebagai pusat peribadatan bagi umat Kristen.
Adapun
penggalian ini dilakukan sebagai bagian proyek dari restorasi Gereja Makam
Kudus yang sedang dikerjakan saat ini oleh tim arsitektur. Ini adalah proyek perbaikan
setelah hampir beberapa dekade dibiarkan begitu saja. Sejarah mencatat, Gereja Makam
Kudus untuk pertama kalinya disucikan pada 13 September 335. Saat invasi Persia
ke Yerusalem, sebagian besar gereja Konstantinus mengalami kehancuran. Makam Yesus juga pernah menjadi sasaran penghancuran pada tahun 1009.
Setelah era
kehancuran tersebut, kepausan membangun gereja dan menyatukan bangunan kapel yang
berdekatan. Kemudian sempat ditutup operasinya saat Yerusalem ditaklukkan oleh
Raja Salahuddin. Namun di abad ke-14, gereja ini kembali diambil alih oleh kepausan.
Selama beberapa abad kemudian, gereja ini dijaga dan diperhatikan. Gereja ini bahkan telah direnovasi beberapa kali.
Setelah berabad-abad
berlalu, sejumlah pihak menilai Gereja Makam Kudus ini patut dijaga karena memiliki
nilai sejarah yang begitu penting bagi masyarakat dunia. Hal inilah yang menggerakkan Raja Yordania Abdullah II bin Al Hussein Al Hashimi menyumbangkan dana pribadi untuk mendukung penyelesaian restorasi tempat suci yang paling dihormati umat Kristen ini.
Para pemimpin dari berbagai gereja seperti Ortodoks Yunani, Ortodoks Armenia, Katolik Roma, Koptik Mesir, Syriacs dan Ethiopia, bahkan ikut
terlibat dalam proyek ini.