Hanna Hutagalung: Penderitaan Istri yang Tidak Dianggap Oleh Suami
Sumber: Jawaban.com

Family / 24 October 2016

Kalangan Sendiri

Hanna Hutagalung: Penderitaan Istri yang Tidak Dianggap Oleh Suami

Lori Official Writer
29248

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kerap dialami wanita-wanita yang tidak beruntung dalam kehidupan pernikahannya. Entah karena alasan salah memilih pasangan atau cinta buta, banyak wanita yang mengalami kekerasan ini pada akhirnya hidup dalam penderitaan yang mendalam. Begitulah yang dialami wanita bernama Hanna Hutagalung mengenang masa lalu pernikahannya yang begitu menyakitkan.

Sejak awal, pernikahan Hanna dan Bambang sebenarnya tidak pernah disetujui oleh keluarganya. Cinta membuat keduanya tetap ngotot dan akhirnya menikah juga. Di bulan-bulan pertama pernikahan, mereka benar-benar hidup bahagia.

Tetapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Kondisi pernikahan Hanna tidak seperti yang dia harapkan sebelumnya. Bambang semakin lama semakin berubah. Dia menjadi pria yang suka minum-minuman dan bermain gila dengan wanita lain. Saat kehamilan Hanna memasuki bulan ketiga, Bambang bahkan tak segan-segan memberlakukan sang istri dengan kekerasan.

“Semakin hari kelakuan Bambang ini semakin menjadi-jadi. Dia benar-benar drastis berubah menjadi seorang laki-laki yang benar-benar liar dan tidak bertanggung jawab. Apa yang menjadi harapan saya sangat jauh berbeda. Dan di situ semakin hari perasaan penyesalan saya (menikahi Bambang) semakin bertambah,” tuturnya.

Hari lepas hari, kekerasan yang dialami Hanna semakin menjadi-jadi. Namun lantaran sudah memiliki anak, dia enggan untuk bercerai dengan sang suami. Sang kakak pun menjadi peraduannya atas segala kelakuan sang suami. Tak tahan adiknya diperlakukan semena-mena, sang kakak pun segera bertindak dan memperingatkan Bambang.

“Setelah diancam oleh abang saya, bersyukur Bambang sudah lumayan. Nggak sadis seperti yang kemarin-kemarin dia buat. Tetapi tetap saja dia nggak jera-jera. Kadang kala dari makanan ada aja yang dia tuntut untuk supaya ada masalah,” kenang Hanna.

Di tahun 2002, Bambang akhirnya terserang penyakit kanker stadium lanjut dan juga stroke. Hanna hanya mampu merawat dan membawa sang suami memeriksakan diri. Dalam kondisi yang begitu lemah, Bambang akhirnya perlahan-lahan berubah. Dengan keterbatasan fisik yang dialami sang suami, Hanna tetap setia merawat dan menjaga Bambang. Tak sedikitpun dalam hatinya tampak kebencian atas segala perlakuan buruk dan kejam sang suami.

Namun ketika dokter sudah turun tangan dengan kondisi Bambang. Dia pun dibawa pulang. Di masa-masa terakhir Bambang kala itu, Hanna teringat akan pengorbanan Tuhan Yesus bagi manusia. Di saat itulah dirinya mulai melepaskan pengampunan kepada sang suami yang tak lagi berdaya. “Karena saya mengingat pengorbanan Tuhan Yesus. Dia juga yang tidak berdosa mau menjadi berdosa. Dia juga sudah menanggung dosa kita, Dia disalib. Dia juga menderita lebih dari saya ini kalau dipikir-pikir. Kalau Dia bisa mengampuni, mengapa saya tidak bisa mengampuni Bambang? Di situlah hati saya tergerak saat lagu ‘Kasih dari Surga’ kita naikkan,” terangnya dengan berlinang air mata.

Hanna pun melepaskan pengampunan yang terakhir kali untuk Bambang. Dia mulai menghampiri Bambang dan membisikkan satu kalimat yang tak akan pernah dia lupakan. ‘Saya membisikkan sesuatu kata-kata ditelinga dia. ‘Mas, aku sudah maafin mas. Kalau mas mau pergi, pergilah’,” dan saat itulah Bambang menghembuskan nafas terakhirnya.

Bambang pergi dengan tersenyum dan tidak ada rasa sakit yang terpancar dari wajahnya. Sejak kepergian Bambang, Hanna terus bekerja bantung tulang mencari nafkah untuk membesarkan empat anak-anaknya. Meskipun dia bekerja, dia tetap setia melayani Tuhan menjadi seorang guru sekolah minggu.

Kesetiaan yang dimiliki Hanna membuat hati Tuhan tergerak untuk memberkati hidupnya. Dia pun kembali bertemu seorang pria bernama Yohanes, lalu menikah dengan dia. Kendati kehidupan tak selamanya mulus, namun rumah tangga Hanna dan Yohanes tetap Tuhan pelihara. Mereka terus setia dan berjuang untuk menempatkan Yesus sebagai kepala dalam rumah tangga mereka.

“Kalau dulu saya sering banyak menuntut, menuntut dikasihi, disayangi. Tetapi sekarang ini saya belajar dengan pak Yohanes, dengan proses demi proses yang saya alami dalam kehidupan saya, saya belajar untuk saya bisa lebih mengasihi, bukan dikasihi. Saya ingin lebih bergantung kepada Tuhan, apapun yang terjadi di dalam kehidupan rumah tangga saya,” pungkasnya.


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.

Sumber : Hanna Hutagalung
Halaman :
1

Ikuti Kami