Tokoh Muslim Ini Bela Ahok Soal Kasus Penghinaan Agama
Sumber: Babe.com

Nasional / 13 October 2016

Kalangan Sendiri

Tokoh Muslim Ini Bela Ahok Soal Kasus Penghinaan Agama

Lori Official Writer
8456

Penghinaan kitab suci Alquran yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendapat respon positif dari tokoh Muslim dari lembaga agama Nahdlatul Ulama (NU) Taufik Damas. Pria yang juga merupakan Wakil Khatib Syuriah Pengurus Wilayah NU (PWNU) DKI Jakarta ini menyatakan bahwa penyebutan surat Al Maidah ayat 51 dalam pernyataan Ahok tempo hari hanyalah untuk menyindir oknum-oknum yang menggunakan agama sebagai alat politik.

Taufik menghimbau agar masyarakat tidak terprovokasi dengan video pendek yang tersebar luas saat ini. Ada baiknya melihat rekaman video yang berdurasi 1 jam 43 menit itu secara utuh. Sebab saat didengarkan, dia mengaku tidak menemukan ada kata-kata Ahok yang mengandung penistaan terhadap Alquran, sebagaimana ramai diisukan.

“Seharusnya kita melihat video aslinya yang utuh. Saya sudah melihat dan tampak suasananya sangat cair. Masyarakat tampak antusias dan gembira mendengarkan pidato Ahok ketika itu. Lagi pula, saya perhatikan ucapan Ahok itu tidak bermaksud melecehkan ayat dalam surat Al Maidah itu,” terang Taufik, seperti dilansir Beritasatu.com, Jumat (7/10).

Dia menambahkan, ucapan Ahok hanya untuk mengingatkan bahwa memang ada orang yang menggunakan ayat tersebut dalam konteks pemilihan daerah di Jakarta, khususnya untuk meyakinkan masyarakat agar tidak memilih pemimpin non-muslim. “Jadi, titik tekannya adalah kalimat ‘membohongi pakai ayat’, bukan ayatnya yang membohongi,” lanjutnya.

Meskipun tidak semua politisi menggunakan ayat tersebut sebagai dalih, namun Taufik meyakini aka nada orang-orang yang menjadikan ayat-ayat hanya sebagai alat politik. Itu menjadi sangat berbahaya karena berpotensi mengaburkan makna sejati dari politik itu sendiri.

Agar kejadian ini tidak lagi terulang, dia menghimbau agar pilkada menghindari isu-isu berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Akan jauh lebih baik jika kampanye yang digunakan berbentuk ajakan agar masyarakat berpikir kritis dan objektif dalam memilih pemimpinnya.  “Pilkada bukan hanya di Jakarta, tetapi juga ada di daerah lain. Sikap kritis dan objektif harus dikedepankan dalam melihat proses pilkada ini,” tandasnya.

Sumber : Beritasatu.com/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami