Mangiring Napitupulu: Rela Menjual Jiwa Demi Harta Dunia

Family / 25 July 2016

Kalangan Sendiri

Mangiring Napitupulu: Rela Menjual Jiwa Demi Harta Dunia

Mega Permata Official Writer
9789

Menjalani kerasnya hidup dan melakoni sebagai seorang kondektur di angkutan umum membuat Mangiring Napitupulu tak terkontrol dan temperamen. Harapan akan masa depan yang baik tidak pernah terlintas dalam benaknya. Masa depan hanyalah sebatas ia membayangi bagaimana menjadi seorang kaya raya, memiliki mobil pribadi, dan hidup enak. Keadilan pun dipertanyakan Mangiring kepada Tuhan. “Pada waktu itu saya juga mengatakan. Tuhan tidak adil, kenapa saya begitu menderita sementara orang yang lain kayaknya begitu senang, begitu sukacita, begitu menikmati hidup sementara saya ini tidak bisa menikmati hidup?” kenang Mangiring.

Hingga suatu hari ada seorang pria menawarkan Mangiring untuk ikut merantau ke Jakarta, mengadu nasip. Mangiring pun bersedia ikut ke Jakarta dan bekerja apa saja termasuk menjadi seorang copet di Ibukota. Pekerjaan Mangiring sebenarnya mengancam hidupnya tetapi karena hasilnya memuaskan, Mangiring sangat menikmati hasil pekerjaan haramnya itu. 

Tak peduli siang atau malam hari, Mangiring dan temannya tetap menjalani aksinya menjadi copet. Saat menjalani aksi copetnya di siang hari ternyata Mangiring ketahuan dan dikejar massa. Beruntung Mangiring dan temannya tak tertangkap, keduanya berlindung ditengah lorong gelap dan sempit. Keadaan itulah membuat Mangiring memutuskan memilih kembali bekerja seperti sebelumnya.

Saat Mangiring kembali menjadi seorang kondektur, ia melihat seorang penumpang perempuan cantik, duduk terdiam dan membuat hati Mangiring terpikat. Mereka akhirnya berkenalan dan seiringnya berjalan waktu Mangiring pun menikahi perempuan itu. Selama beberapa tahun menjalani pernikahan dan telah dikaruniai dua orang anak, perempuan dan lelaki, tetapi hal itu tampaknya semakin menjadi beban hidup bagi Mangiring, “Ternyata pernikahan itu tidak membuat saya bahagia malah membuat saya tambah beban,” katanya.

Sebagai seorang suami, Mangiring hanya menghabiskan waktu dengan bermain judi dan minum-minuman keras bersama teman-temannya. Mangiring jarang memberikan waktu lebih kepada keluarga dan juga jarang menafkahi istri beserta kedua anaknya. Sang istri, Elbine, hanya bisa berpesan, berdoa dan berharap Mangiring tidak berfoya-foya dan menjauhi minuman keras karena tahu sang suami memiliki penyakit lambung. 

Tak mendengar perkataan sang istri, Mangiring tetap pergi bermain judi dan minum minuman keras. Melihat Mangiring bermain judi dengan wajah suntuk, Mangiring yang dulu pernah berobat ke dukun, diingatkan kembali oleh seorang temannya untuk datang ke tempat itu agar nasibnya berubah menjadi lebih baik dan beruntung. “Ketika itu saya berpikir juga, benar juga ya, bagaimana kalau dicoba dulu,” kata Mangiring. Sesampainya di sana Mangiring hanya menginginkan kesuksesan dan harta yang berlimpah ada pada dirinya. Tetapi semua tidaklah gratis, ada bayaran yang harus dibayar Mangiring yaitu dengan nyawanya sendiri. Tanpa berpikir panjang Mangiring yang sudah dibayangi kesuksesan, seketika mengatakan setuju.

Mangiring langsung mengikuti tiga persyaratan yang diajukan dukun itu salah satunya dengan menuangkan air kembang di tempat usahanya yang berupa bengkel. Setelah beberapa hari, Mangiring merasa ada perubahan dalam penghasilannya yang semakin bertambah. Banyaknya uang yang didapatkan membuat Mangiring semakin berfoya-foya, hidup tidak sehat, merokok, minum minuman keras, pulang tengah malam, dan membuat dirinya berlaku kasar kepada istri dan juga anaknya. Tetapi sebagai anak pertama, Dina, tetap mengasihi dan mendoakan pemulihan untuk sang bapak, “Walaupun bapak sudah mukulin, tapi aku tetep yakin bapak itu sayang sama aku. Aku tetep terus yakin sama Tuhan kalau Tuhan pasti ubahkan bapak saya.”

Kemudian, di pagi hari saat Mangiring terbangun dari tidur dengan tangan yang masih memegang botol alkohol, tiba-tiba Mangiring mengeluhkan rasa sakit yang luar biasa pada perutnya sehingga membuatnya jatuh tergeletak. Lagi-lagi Mangiring datang ditemani sang istri ke tempat dukun itu untuk meminta kesembuhan dari sang dukun. Tetapi yang didapat hanya sebuah anjuran untuk berdoa dan berpasrah alias dukun itu tidak bisa memberikan kesembuhan. Mendengar sang dukun mengatakan itu Mangiring pun pulang dengan membawa kekecewaan.

Dalam keadaaan yang membutuhkan dana bagi kesembuhannya, Mangiring pun menjual bengkelnya. Tetapi ada salah satu wanita yakni pelanggan setia bengkel itu, datang menghampiri tempat tinggal Mangiring karena melihat bengkel langganannya tutup berhari-hari. Melihat kondisi Mangiring yang duduk lemas tak berdaya, wanita itu memberikan pencerahan kepadanya. Selain untuk tetap selalu berdoa, wanita itu memperkenalkan Mangiring kepada dokter dari segala dokter yaitu Isa Almasih, Yesus Kristus, ia juga memberikan sebuah Alkitab kepada Mangiring untuk dibaca dan direnungkan. 

Dibaca-bacalah Alkitab itu, hingga Mangiring menemukan suatu ayat, yaitu Amsal 24:10 yang berbunyi, “Jika engkau tawar hati pada kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Ayat tersebutlah yang menjadikan Mangiring termotivasi akan pengharapan dan kesembuhan. Saat itulah Mangiring berdoa meminta Tuhan memberi kesempatan dan menerima pertobatan dari dirinya. Mangiring berkomitmen akan meninggalkan kehidupan lamanya jika ia sembuh nanti.

Hari demi hari, Mangiring merasakan tubuhnya berangsur lebih baik dan kesembuhan telah ia terima. Mangiring kini sudah dipulihkan. Semenjak Mangiring hidup dalam kasih karunia dan tuntunan Tuhan, Mangiring telah benar-benar berubah. Mangiring jauh lebih dapat mengontrol emosinya, yang dulu temperamen sekarang telah berubah menjadi seorang suami dan bapak yang penuh kasih sayang. “Dulu dia suaranya suka membentak-bentak kalau sekarang dia sudah halus benget suaranya,” kenang sang istri, Elbine. 

Mangiring sadar bahwa kebahagiaanya yang dulu hanyalah kebahagiaan yang sia-sia dan semu, “Ternyata kebahagiaan itu ada pada keluarga saya sendiri.” Demikian Filipi 4:19 mengatakan, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus”. Kini Mangiring sudah dimerdekakan dan percaya Yesus sepenuhnya bekerja dan mengatur segenap hidup dan keluarganya. “Saya tidak perlu kuatir lagi seluruh apa yang saya butuhkan Dia akan memenuhinya. Nah, ini berita yang sangat sukacita bagi saya karena saya telah tahu Yesus menyertai saya selama-lamanya,” kata Mangiring dengan sukacita.

Sumber : Mangiring Napitupulu
Halaman :
1

Ikuti Kami