Pengorbanan Ken Tada Bagi Sang Istri yang Lumpuh
Sumber: www.joniandfriends.org

Marriage / 11 July 2016

Kalangan Sendiri

Pengorbanan Ken Tada Bagi Sang Istri yang Lumpuh

Lori Official Writer
5825

Pernikahan Joni Tada terbilang jauh dari biasa. Suaminya Ken adalah pelatih di SMA dan juga guru sejarah. Sementara Joni Tada menderita kelumpuhan fisik sejak dari mudanya. Sejak pemberkatan pernikahan, Ken seakan menjadi sosok yang senantiasa ada ketika Joni membutuhkannya. Namun perjalanan pernikahan memang akan selalu diperhadapkan dengan tantangan.

Dengan keterbatasan fisik Joni, banyak orang yang kemudian bertanya-tanya bahwa keputusan mereka untuk menikah sesungguhnya keliru. Tetapi cinta Ken dan Joni jauh lebih kuat. Begitu juga dengan cinta mereka kepada Tuhan. Sehingga mereka tetap yakin bahwa saat Tuhan ada di tengah-tengah kehidupan mereka, mereka akan sanggup melewati setiap masa-masa sulit.

Menghadapi Tantangan

Ketika Joni berumur 17 tahun, dia mengalami insiden yang begitu parah saat menyelam. Tulang lehernya patah. Proses pemulihan baik fisik, emosi dan spiritual bahkan harus dilewati dalam jangka waktu yang panjang. Namun 13 tahun setelah kejadian itu, Joni bertemu dengan Ken di gereja. Saat itulah Joni kembali mendapatkan kehidupan normalnya kembali dan terdorong untuk meluncurkan pelayanan sosial bernama Joni dan Friends Ministry.

Selama beberapa tahun pertama pernikahan, Ken mengemban tanggung jawab mengurus Joni sepenuhnya, seperti mengurus kebutuhan jasmani Joni, memeriksa baterai kursi roda, mengangkat dan membaringkan Joni di tempat tidur, belanja, memasak dan mencuci piring. Tanpa sadar, rutinitas ini ternyata membuat Ken merasa tertekan dan hampir mengalami depresi berat.

Pada suatu sore, Ken hanya diam saja. Joni lalu merasakan ada sesuatu yang salah. Kemudian dia menghampiri Ken dan bertanya, “Tolong, Ken, katakan kepadaku apa yang salah”.

Akhirnya, tepat sebelum mematikan lampu tidur, Ken duduk di tepi tempat tidur. “Aku tidak bisa melakukan ini. Aku merasa terjebak,” ucap Ken mengakui perasaannya. Ada keheningan panjang, dan Joni mulai merasa frustrasi dan berteriak, “Yah, apakah kau tahu hal itu akan seperti ini? Dimana otakmu ketika kau meminta untuk menikahiku?”

Malam itu, Joni menyadari bahwa pernikahan memang penuh dengan tekanan dan keegoisan yang tersembunyi jauh di relung hati. Ken dan Joni tidur tanpa berbicara sepatah katapun. Tetapi keesokan harinya Joni mulai merenungkan Mazmur 139: 23-24. Saat itulah dia mulai bertanya kepada Tuhan bagaimana caranya untuk bisa menjadi istri yang bisa mendukung dan mengerti pasangannya.

Dengan bantuan Tuhan dan teman-teman, Ken menemukan kekuatan untuk mempertahankan pernikahan mereka. Selama beberapa tahun kemudian, mereka pun secara aktif saling mendukung dalam dunia masing-masing. Kadang kala, Joni akan ikut serta dalam acara kebersamaan dengan murid-murid Ken. Sebaliknya, Ken juga akan dengan senang hati ikut serta dalam perjalanan pelayanan Joni.

Namun suatu waktu, Joni mulai mengalami rasa sakit di tubuhnya. Sebagai suami, Ken mulai membantu mengurus Joni hingga pada akhirnya mengalami kelelahan yang begitu sangat. Sekali lagi, dia menghela napas dalam-dalam dan mengaku, “Joni, aku sangat lelah. Aku merasa tidak bisa melakukan ini. Aku merasa begitu terperangkap”. Seperti peristiwa di malam itu, keduanya mulai mengalamo keheningan yang panjang. “Ken, aku tidak menyalahkanmu sedikit pun untuk merasa terjebak, dan jika aku jadi dirimu, aku akan merasakan hal yang sama. Aku hanya ingin kau tahu aku mengerti, aku akan melakukan semuanya untuk mendukungmu dan membantumu. Aku pikir kau sangat menakjubkan, dan dengan bantuan Tuhan kita bahkan bisa melakukannya,” ucap Joni.

Tiba-tiba, tekanan berat yang ada di bahu Ken terangkat. Itulah titik balik perjalanan pernikahan Joni dan Ken. Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa jalan yang kekal itu seperti disampaikan dalam Mazmur 139.

Pasangan ini pun menemukan bahwa cinta mampu mengatasi segalanya. Mereka belajar bahwa memiliki hubungan yang kuat itu tidak mudah. Mereka harus melewati ujian rasa sakit dan frustrasi, dan kadang-kadang juga putus asa bahkan ketika Joni kemudian didiagnosa mengalami kanker stadium 3.

Kondisi ini tentu saja tidak hanya menekan kehidupan Joni secara pribadi. Tetapi Ken pun akan semakin disibukkan mengurus Joni. Meskipun Ken kelelahan, namun Joni mendapati Ken bukan lagi sosok yang putus asa karena merasa sudah terjebak masuk dalam kehidupan Joni yang serba terbatas. Ken justru setia mendampingi Joni di masa-masa menyedihkan itu. Ken Tada sudah berubah menyerupai gambar Kristus (2 Korintus 3: 18).

Doa-doa yang tak terhitung banyaknya sudah mereka panjatkan selama lebih dari dua dekade ini untuk kesembuhan dan rasa sakit tersebut. Ken bahkan menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca Kitab Suci untuk mempersiapkan dia dan Joni menghadapi kanker dengan penuh keberanian. Penyakit kanker ini tidak hanya membuat mereka semakin sulit, tetapi dengan hal itu mereka justru dibawa untuk semakin tergantung kepada Tuhan. Dan semakin mereka bergantung kepada Tuhan, mereka pun mendapatkan kekuatan dan keintiman dengan Tuhan. Ini adalah hal termanis dan berharga yang mereka impikan dalam pernikahan mereka.

Sumber : Focusonthefamily.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami