Para wanita
single Kristen seringkali diberitahukan bahwa bagian mereka hanyalah menunggu ‘pria
yang tepat’ mendatangi mereka. Wanita diberitahukan untuk tidak perlu berusaha keras mencari
pasangannya di luar sana, asal beriman dan setia saja menunggu waktunya Tuhan. Mereka berkata, “Wanita, berhentilah mengejar-ngejar para pria itu!”
Sebagian besar dari mereka mulai percaya dengan mitos ini. Seorang gadis muda mengatakan, "Saya tidak punya tanggung jawab
(untuk berusaha mencari pasangan hidup saya). Saya tidak perlu mengambil risiko.
Saya hanya perlu menjadi diri saya sendiri dan Tuhan akan menyediakan seseorang
untuk saya. Menjadi seorang wanita yang pendiam menunjukkan saya itu adalah seorang gadis Kristen yang baik”.
Namun benarkah hal
ini alkitabiah? Hanya menunggu dan berdoa saja? Tampaknya Tuhan bahkan membutuhkan
partisipasi aktif kita dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari membangun relasi
dengan orang lain, memiliki teman, bergabung dalam pelayanan, dan bahkan mencari
pekerjaan. Lalu mengapa soal menemukan pasangan hidup malah harus berbeda? Jika
wanita melakukan sesuatu di luar hanya sekedar berdoa dan menunggu, apa itu artinya mengambi alih peran pria dan menggalkan rencana Allah atas pernikahan?
Di alkitab, kita
bisa menyaksikan kisah seorang wanita yang justru bertindak aktif. Dia adalah Rut
yang memperkenalkan dirinya kepada Boas. Dengan berani Rut mendekati
Boas dan usaha itu kemudian menghasilkan buah. Rut mendapat belas kasih dan perhatian dari Boas menjadi sepasang
suami istri. Tidak ada kalimat dalam kitab suci yang menuliskan bahwa Rut melakukan kesalahan dan patut dihukum!
Ada kalanya Tuhan
memanggil kita untuk sabar menunggu waktu-Nya. Tetapi ada kalanya pula seperti
Rut, Tuhan ingin setiap putri-putri-Nya mengambil bagian. Bukan soal tidak rohani,
tetapi soal memiliki iman yang lebih besar untuk mau mengambil risiko. Para wanita
Kristen bisa saja berusaha dengan mengasah diri terlebih dahulu, seperti belajar
berbagai keterampilan baru. Atau mulai belajar membangun karakter ilahi, yaitu menjadi lebih ramah, terbuka dan murah hati.
Ada dua alasan umum mengapa wanita Kristen mempercayai mitos ini:
Pertama, malu dan
merasa tidak percaya diri ketika berhadapan dengan pria. Sehingga, mitos ini sangat
pas untuk tipe wanita demikian. Mereka hanya ingin menjadi diri mereka sendiri dan
menunggu seorang pria menghampiri mereka. Mempercayakan Tuhan memberikan pasangan yang tepat sesuai keinginannya.
Kedua, takut akan
menjadi wanita yang mengontrol pasangannya. Dalam artian, menjadi istri yang dominan.
Wanita yang mempercayai mitos ini memilih menunggu dan berdoa saja tanpa harus
mengejar para pria agar mereka bisa mendapat pria yang mampu memimpinnya. Selain
itu, mereka percaya bahwa Tuhan menyediakan pasangan yang tepat, meskipun mustahil
untuk mendapatkan yang sempurna. Mereka juga percaya Tuhan memberi harapan besar
bagi sebuah pernikahan yang bahagia dan diberkati, bukan dengan mengikuti tips-tips
kencan duniawi.
Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah alasan ini masih patut Anda pertimbangkan? Apapun pilihannya, tetaplah peka mendengar suara Tuhan dan taat penuh terhadap pimpinan-Nya.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.