Billy Graham Berharap Muhammad Ali Percaya Kristus
Sumber: Franklin Graham facebook

Internasional / 13 June 2016

Kalangan Sendiri

Billy Graham Berharap Muhammad Ali Percaya Kristus

daniel.tanamal Official Writer
21774

Pendeta Franklin Graham menceritakan sebuah pengalaman dari sang ayah, Pendeta Billy Graham yang pernah bertemu dan berbincang dengan mendiang Muhammad Ali pada sebuah kesempatan. Hal itu disampaikannya saat mengenang sang petinju legendaris dunia yang telah wafat 3 Juni lalu.

Dilansir ChristianHeadlines, Jumat (10/06/2016), pertemuan tersebut terjadi pada tahun 1979 di North Carolina, dan kemudian pada tahun 2001 di kediaman Ali di Louisville, Kentucky. Dalam pertemuan itu, petinju yang dijuluki The Greatest tersebut menyampaikan rasa kagumnya terhadap Billy Graham, sang penginjil legendaris yang kini berusia 97 tahun. (Baca Juga: Tolak Pindah Agama, Puluhan Orang Kristen di India Dianiaya)

"Saya selalu mengagumi Mr. Graham, saya seorang Muslim dan dia seorang Kristen, tetapi ada begitu banyak kebenaran dalam pesan dan perbincangan yang ia sampaikan tentang Amerika, pertobatan, pemerintah dan negara, dan hingga kebenaran. Saya selalu mengatakan kepadanya, jika saya adalah seorang Kristen, saya ingin sekali menjadi orang Kristen seperti dia,” kata Ali. (Baca Juga: Karena Percaya Yesus, Imigran Timur Tengah di Eropa Dianiay
a)

Dalam sebuah postingnya di Facebook, Franklin mengatakan bahwa sang ayah berharap bahwa Ali menyerahkan hidupnya kepada Kristus sebelum meninggal. "Ayah saya selalu berharap Ali akan memberikan hidupnya bagi Kristus. Aku bertanya-tanya apakah ia menaruh iman dan kepercayaan pada Kristus sebelum ia pergi ke dalam kekekalan? Aku berharap begitu," katanya.
(Baca Juga: Ternyata Kakek Pengemis Ini Adalah Donatur Terbesar Gereja)

Franklin juga menceritakan bagaimana pertemuan-pertemuan yang diadakan beberapa kali diantara kedua pria yang berbeda panggilan dan dianggap legendaris dunia tersebut, sangat menakjubkan dan sangat menyenangkan. “Mereka berdua mengalami perbincangan yang menyenangkan, dan ayah saya pun mengajaknya berdoa bersama. Mereka sempat bertemu lagi beberapa tahun yang lalu di Louisville, Kentucky, saat dimana ayah saya mulai berdiri untuk berdoa bagi keluarganya. Saat ini saya juga berdiri dan berdoa bagi keluarganya yang saat ini tengah berduka atas kepergiannya,” tambahnya.
(Baca Juga: Marah Terhadap ISIS, Ribuan Orang di Irak Pilih Ikut Kristus)

Petinju yang mempunyai nama lahir Cassius Marcellus Clay Jr tersebut meninggal dunia di usia 74 tahun karena penyakit penapasan. Dirinya dikenal karena perjuangannya dalam hak-hak sipil dan persamaan ras. Di detik-detik kematiannya, keluarganya mengatakan bahwa hati-nya tetap berdetak selama 30 menit disaat seluruh organ tubuh lainnya telah berhenti, dan hal dianggap sebagai bagian semangatnya yang menyala-nyala untuk hidup.

(Baca Juga: Setelah Bertobat dan Terima Yesus, Dokter Ini Rintis 50 Gereja)

 


Sumber : Christian Headlines
Halaman :
1

Ikuti Kami