Di masa
Perjanjian Lama, orang Israel sering mendapat inspirasi untuk menggubah dan
menyanyikan puji-pujian untuk merayakan pertolongan Allah di tengah masa-masa
sulit yang mereka alami. Ketika Allah menyelamatkan umat-Nya dari ancaman yang
diakibatkan oleh pasukan Firaun, “Musa bersama-sama dengan orang Israel
menyanyikan nyanyian ini bagi TUHAN . . . ‘Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN,
sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.
TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia’(Keluaran 15:1-2)”.
Musik
mempunyai pengaruh yang dapat membangkitkan semangat kita dengan cara
mengingatkan kita pada kesetiaan Allah di masa lampau. Ketika kita kehilangan
semangat, kita dapat menyanyikan mazmur dan pujian yang bisa mengalihkan
pandangan kita dari tantangan sulit yang sedang dihadapi kepada kuasa dan kehadiran Tuhan dalam hidup.
Dalam lagu
single Kirk Franklin berjudul ‘Why We Sing’, kita bisa mendapati barisan kata-kata
yang diambil dari His Eyes is On The
Sparrow oleh Lauryn Hill seperti tertulis, “Aku bernyanyi karena aku senang,
aku bernyanyi karena aku bebas”. Penggalan lirik ini mengungkapkan bahwa bernyanyi
itu dilakukan dengan perasaan positif, tetapi bukan berarti dalam kondisi sedih
kita tidak bisa bernyanyi. Jika Anda berada di musim di mana pujian terasa membosankan, mengapa tidak mengambil waktu untuk merenungkan ayat-ayat ini:
1. 1 Tawarikh
16: 9, “Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!”
2. Mazmur 40:
3, “Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.”
3. Mazmur
59: 16, “Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau
bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku.”
4. Mazmur
96: 1-2, “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai
segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.”
5. Kisah
Para Rasul 16: 25-26, “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa
dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain
mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga
sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.”
6. Roma 15:
9, “….dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah
karena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: "Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu.”
7. 1
Korintus 14: 15, “Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku,
tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”
8. Efesus 5:
18-19, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa
nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang
kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.”
9. Kolose 3:
16, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu,
sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain
dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu
mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”
Saat kita bosan dengan lagu-lagu pujian yang diciptakan manusia, bukan berarti kita harus berhenti memuji Tuhan. Cobalah menciptakan nyanyian baru bagi Dia, nyanyian yang keluar dari hati Anda secara pribadi.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klikdi sini.