4 Pelajaran Komitmen yang Diajarkan Dalam Konseling Pernikahan
Sumber: Liputan6.com

Marriage / 22 February 2016

Kalangan Sendiri

4 Pelajaran Komitmen yang Diajarkan Dalam Konseling Pernikahan

Lori Official Writer
3462

Ketika saya dan suami saya pertama kali bertemu dan berkencan, kami menjadi pasangan lain dimanapun merasa iri. Kami dalam hubungan yang sempurna, kami jatuh cinta dan suami saya saat itu sedang berada sdi puncak karir, yang sangat mendukung kami bisa bepergian dengan pesawat pribadi ke luar negeri dan menikmati liburan yang luar biasa. Pernikahan seperti itu pasti kedengaran sangat sempurna bukan? Dan tentu saja!

Tetapi pada suatu kali, saya mulai bertanya-tanya, “Apa yang sedang terjadi?”  Kelihatannya akan tampak tidak realistis apabila semuanya selalu berjalan sempurna. Karena saya tahu hidup akan selalu dipenuhi dengan pasang surutnya gelombang, tak peduli siapapun itu (akan mengalaminya), dan saya tahu bahwa kami mungkin akan menghadapi tantangan. Dan kami telah melakukan itu.

Di tahun pertama pernikahan kami, kami diperhadapkan tantangan demi tantangan, dan biasanya tantangan ini muncul di luar dari kendali kami. Hal itu muncul saat kami membangun hubungan jarak jauh dalam waktu yang lama hingga di masa-masa pernikahan kami. Tantangan itu tidak muncul begitu saja, tetapi kami sendirilah yang sudah memunculkan masalah itu.

Tahun pertama pernikahan kami terbilang baik-baik saja. Namun saat memasuki tahun kedua, kami mulai merasakan ada perubahan sdalam cara kami berkomunikasi satu sama lain. Peristiwa-peristiwa dalam hidup membuat kami sedikit kaku, dan kami tidak lagi memperlakukan satu sama lain seperti sebelumnya. Kami bertengkar, cekcok, dan bahkan kadamh-kadang menemukan diri kami bergulat dalam argumen yang memanas.

Saat itulah kata ‘konseling’ melintas dibenak saya. Mungkin banyak orang yang berpikir pasangan yang menjalani konseling pernikahan sedang mendapati diri mereka tengah berada di ujung tanduk pernikahannya. Namun kami berupaya untuk tidak melihat sisi negatif itu. Saya dan suami sayapun sepakat untuk membuat janji dengan orang yang akan mengkonseling kami.

Setelah mendapatkan sesi ini, saya mungkin adalah orang yang mengatakan bahwa konseling pernikahan sebagai salah satu jalan terbaik untuk memperbaiki hubungan dalam pernikahan. Meskipun kedengarannya begitu skeptis, namun saya mengaku mendapatkan banyak manfaat dari konseling pernikahan ini. Saya mendapat 4 pelajaran penting soal komitmen dari konseling itu, diantaranya:

#1 Mencintai pasangan dengan bahasanya sendiri

Kita sering memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, tanpa memikirkan bagaimana mereka ingin ciperlakukan. Dengan kata lain, kita mengabaikan untuk mencintai pasangan sesuai dengan harapan mereka. Ketika saya dan suami saya pertama kali berkencan, kami benar-benar mulai menerapkan bahasa cinta seperti tertulis dalam buku The Five Love Languages oleh Gary Chapman, sampai kami pun lupa akan bahasa cinta kami masing-masing.

Selama masa konseling pernikahan, kami kembali membiasakan diri untuk melakukan bahasa cinta masing-masing, dan saya melihat bahwa suami saya benar-benar berubah dari waktu ke waktu. Kebiasaan itu membuka mata kami, dan sejak itu kami mulai mengasihi dengan cara yang paling bermakna.

#2 Pergunakan ‘tombol’ yang tepat jika ingin memahami pasangan untuk menghindari konflik

Ini begitu berpengaruh bagi kami. Konselor kami membantu kami semakin mempersempit tombol inti atau rasa sensitivitas kami masing-masing, yang menjadi akar dari persoalan hubungan kami. Misalnya, saya memiliki rasa takut yang mendalam saat tidak memiliki hubungan dengan orang lain, dan sebagian besar pertengkaran kami muncul dari perasaan itu saat suami saya mulai menginjak tombol itu.

Sekarang dia tahu, dia lebih siap mengakui dalam tindakan dan berbicara dengan ucapan yang menenangkan. Saya juga belajar banyak hal tentang dia yang bisa menimbulkan masalah, dan hal itu mengubah jalan pernikahan kami.

#3 Hiduplah seperti sebuah tim

Selama menjalani masa konseling, saya dan suami saya menyadari bahwa pernikahan benar-benar adalah sebuah tim olahraga. Kami menyadari bahwa kami belum melakukan itu dalam pernikahan kami. Kami lebih memilih bertindak sendiri-sendiri, tanpa mengomunikasikan tujuan dan mimpi kami masing-masing agar kami bisa berkerja dan saling mendukung.

Di dalam pernikahan, tidak ada ruang bagi suami istri untuk saling bersaing. Kami belajar untuk menghadapi dunia dengan kesatuan, dan mempertimbangkan kebutuhan pasangan sama pentingnya dengan kebutuhan diri sendiri. Itulah bagian yang paling menyenangkan dalam sebuah pernikahan, Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan, membangun tim hore dan menjadikan pasangan sebagai rekan kerja.

#4 Menjadi orang yang memberi teladan

Setiap pasangan pasti punya sisi buruk masing-masing. Namun tak semua pasangan bisa menerima sisi buruk itu dengan lapang dada. Ada kalanya malah dijadikan sebagai konflik untuk saling menyalahkan. Pasangan berkecenderungan saling menyalahkan dan menuntut pasangannya untuk berubah. Tetapi untuk membuat kemajuan yang positif, akan menjadi penting apabila Anda berinisiatif mengubah diri Anda sendiri terlebih dahulu. Harapannya, setelah hal ini dilakukan bisa menjadi jalan bagi masing-masing pasangan untuk mengalami perubahan.

Tak mudah memang menerapkan teori-teori komitmen di atas, namun poin ini menjadi hal terpenting yang patut diterapkan dalam sebuah pernikahan. Percayalah bahwa Anda bisa melakukannya!

 

Penulis: Jenni Dawson | Yourtango.com
Sumber : Yourtango.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami