Cak Asmo: Jatuh Bangun Anak Desa Menjadi Pengusaha Restoran
Sumber: Jawaban.com

Family / 9 November 2015

Kalangan Sendiri

Cak Asmo: Jatuh Bangun Anak Desa Menjadi Pengusaha Restoran

Theresia Karo Karo Official Writer
10807

Cak Asmo besar di keluarga yang sederhana. Bersama ibu dan lima saudaranya, setiap hari mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan untuk menikmati nasi, keluarganya harus menunggu hari besar. Keterbatasan ekonomi ini juga yang menjadi alasan Cak Asmo berhenti sekolah. Sebagai anak ketiga, dia pun bertekad untuk mencari pekerjaan demi membantu keluarga. Namun, mencari pekerjaan di desa terbilang sulit.

Peluang akhirnya datang dari seorang saudara yang mengajak bekerja di Surabaya. Cak Asmo pun menjadi penjual bakwan keliling. Dengan gerobaknya, dia berkeliling untuk menjajakan dagangannya. Dua hingga tiga bulan berlalu, namun tidak ada kemajuan yang berarti. Peminat selalu sepi dan Cak Asmo lebih sering pulang dengan membawa  sisa dagangannya yang lumayan banyak. 

Melihat itu, saudara yang mengajaknya merantau kemudian menegurnya. Dirinya pun mengakui bahwa di masa itu, dia belum maksimal dalam bekerja. “Ketika numpang di rumah saudara, saya belum terlalu serius dalam bekerja. Namun ketika diingatkan untuk bekerja keras dan ulet, saya sangat tersentak. Saya berpikir bahwa apa yang saya lakukan belum maksimal.”

Setelah itu, dirinya berusaha kembali bangkit dan mencoba kembali dari awal. Cak Asmo belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Dirinya ingin sukses dan bisa membantu keluarganya di kampung. Dan tidak berapa lama, Cak Asmo mendapat surat dari saudara laki-lakinya yang membuka usaha nasi goreng di Bali. Saat itu, dirinya berpikir bahwa ajakan saudaranya ini bisa menjadi 'tiket' menuju kesuksesan yang selama ini diimpikan. 

“Ketika saya bekerja, saya sekaligus belajar pada kakak saya. Pada saat itu saya juga bilang, saya tidak perlu digaji, yang terpenting saya bisa belajar dan memiliki keahlian,” ujar Cak Asmo. 

Menurutnya, memiliki keahlian lebih berarti dari sekedar uang. Sebab bila sudah memiliki keahlian, nantinya dia bisa menghasilkan uang sendiri. Dan setelah belajar selama tiga bulan, saudara Cak Asmo akhirnya mendorongnya untuk mulai berusaha sendiri.

Dia kemudian giat menekuni usaha nasi gorengnya dengan sebuah gerobak dorong. Usahanya mulai membuahkan hasil dan nasi gorengnya pun laris. Saat itu datang tawaran untuk berjualan di sebuah emperan toko dari salah satu pelanggan setianya.

“Keluarga tersebut memberikan saya kesempatan untuk jualan di emperan tokonya, ini yang membuat saya terharu,” ungkapnya. Walau begitu, Cak Asmo sadar bahwa kesempatan ini bukan karena kemampuannya. “Semua ini pasti karena kebaikan Tuhan bagi saya dan penyediaan Tuhan untuk hari depan yang lebih baik,” lanjutnya.

Usahanya yang semakin berkembang bukan tanpa halangan. Setelah beberapa saat, Cak Asmo mendapati bahwa emperan toko yang selama ini dipakainya berjualan, kontraknya akan di alihkan kepada orang lain. Dengan begitu, pilihan hanya ada dua. Pertama, bersedia membayar kontrak atau kembali berusaha dengan gerobak dorong.

Namun untuk membayar kontrak tersebut, dirinya sadar bahwa tidak punya uang yang cukup. Tidak putus asa, Cak Asmo mencari jawaban dalam doa dan menceritakan pergumulannya ke teman-temannya. Hingga akhirnya bantuan kembali datang dari seorang pelanggan yang bersedia meminjamkan modal padanya. Cak Asmo kemudian bisa bernafas lega dan kembali membuka usahanya. Namun hal ini tidak berlangsung lama.

“Ketika saya mulai berjualan di stand tersebut, penjualannya tidak signifikan. Saya memikirkan apa yang salah, ‘apakah masakan saya tidak enak atau kinerja karyawan yang membantu tidak bagus?’”

Sadar bahwa dalam usaha memang ada jatuh bangun, Cak Asmo kembali berusaha untuk belajar mengelola restoran. Untuk itu, dia kemudian meminta hikmat yang dari Tuhan untuk bisa mengembangkan usaha yang sudah dipercayakan padanya. Cak Asmo kemudian kembali mempelajari menu-menu dan seluk beluk menjalankan rumah makan. 

“Ketika saya renungkan masa krisis dan kesulitan di masa membangun usaha, saya melihat Tuhan yang membuat pekerjaan saya mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pelanggan semakin banyak dan saya mengalami peningkatan ekonomi yang luar biasa.”

Kemajuan restoran Cak Asmo juga yang mendorongnya membuka beberapa cabang usaha di Denpasar, Bali. Tidak hanya menikmati berkat ini seorang diri, Cak Asmo juga tidak lupa menjadi saluran berkat untuk kerabat dan orang lain yang membutuhkan bantuannya. 

“Semua karena kebaikan dan penyertaan Tuhan yang luar biasa. Lewat pekerjaan yang dipercayakan pada saya, saya bisa membantu saudara dan tetangga dengan memberikan lapangan pekerjaan.” Cak Asmo percaya bahwa perubahan ekonomi yang dialaminya bukan karena nasib, melainkan karena usaha dan kerja keras yang disertai oleh Tuhan. 

Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik disini. 

Sumber : Cak Asmo
Halaman :
1

Ikuti Kami