Begini Harusnya Cara Orang Kristen Responi Komentar di Sosial Media
Sumber: Accurate Online

Kata Alkitab / 2 October 2015

Kalangan Sendiri

Begini Harusnya Cara Orang Kristen Responi Komentar di Sosial Media

Lori Official Writer
6720

Tak terkecuali orang Kristen, membaca komentar-komentar orang lain di media online adalah aktivitas yang menarik atau kadang-kadang mengganggu kehidupan. Kabar buruknya, orang Kristen yang ikut serta saling berkomentar di situs Kristen bisa menjadi masalah.

Sebagian diantara mereka yang aktif berkomentar di media online atau sosial media seringnya tidak malah membantu persoalan yang ada, tetapi justru semakin memperkeruh situasi. Komentar bisa saja diucapkan secara ceroboh, sehingga tidak membangun. Untuk itu, kita selalu diingatkan dengan nasihat Yesus dalam Matius 12: 36, Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman”. Peringatan ini menjadi hal yang ternyata sangat serius bagi Allah.

 

Bagaimana sepatutnya kita meresponi komentar di media online?

Jarang

“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi..." (Amsal 10: 19)

Alkitab menasihatkan kita untuk menahan bibir karena percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan (Pengkhotbah 5:3). Kita harus mematuhi nasihat ini dengan bijaksana. Hal ini juga membantu kita untuk mengingat bahwa dosa secara natural akan menimbulkan rasa berlebihan dalam diri. Sementara firman Tuhan menuntun kita pada kerendahan hati untuk menghargai orang lain lebih tinggi daripada diri kita sendiri (Filipi 2: 3).

 

Baca Juga: Cemarkan Nama Baik di Sosial Media, Ini Risikonya Bagi Karir…

 

Hati-hati

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." (Yakobus 1: 19)

Jika sebuah postingan atau artikel membuat kita marah, kita seharusnya tidak perlu menulis komentar dengan hati yang panas pula. Dalam hal ini, kita mungkin akan sangat sulit untuk menjadi lembut dan menunjukkan sikap sopan terhadap orang lain (Titus 3:2). Namun cara terbaik adalah dengan menunggu hati tenang sembari berdoa. Komentari artikel atau postingan itu satu jam atau sehari kemudian agar komentar menjadi jauh lebih ramah.

 

Ramah

Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang (Kolose 4:6).

Semua hal yang dikatakan di luar Alkitab akan menjatuhkan manusia, terutama saat ditulis dengan cepat di media online, sangat terbatas, lemah dan kurang tepat. Dan kita yang membaca harusnya menyaring berdasarkan pengalaman dan pandangan kita. Bukan malah mengatakan dan menafsirkan hal-hal yang keliru. Kita bisa melakukannya dengan sikap ramah dan sabar, berusaha menganggap bahwa hal itu adalah bagian terbaik dari orang lain.

 

Apa yang kita lakukan saat berkomentar?

Bagi orang Kristen, tujuan berbicara apapun kepada seseorang di waktu tertentu, baik dengan lidah atau tangan, adalah untuk menyampaikan perkataan yang membangun supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia (Efesus 4:29). Jadi jika kita tergerak mengomentari postingan seseorang, motivasi kita adalah memberi mereka berkat. Ketika kita memutuskan bahwa berkomentar itu baik, maka berikanlah beberapa hal ini sebagai bentuk berkat:

Terima kasih

Ucapan terima kasih mungkin bisa menjadi alasan paling baik untuk berkomentar. Jika penulis meningkatkan pemahaman kita atau mendorong jiwa kita atau menolong, mendesak atau memperingatkan kita, ungkapkanlah terima kasih kepada penulis. Jika kita sudah ditolong, kita harusnya berterima kasih. Jika kita tidak tertolong, kita tak perlu mengatakan apa-apa.

 

Baca Juga: Jawab 7 Pertanyaan Ini dan Temukan Apakah Anda Kecanduan Sosial Media. Berani Coba?

 

Mendorong

Kita manusia biasanya memiki karakter untuk mengkritik orang lain daripada mendorong mereka ke arah yang lebih baik. Respon inilah yang menimbulkan dosa dari kebanggaan terhadap diri sendiri. Namun bagi orang Kristen, komentar harusnya adalah kata-kata yang mampu mendorong penulis dan pembaca lainnya (1 Tesalonika 5: 11).

 

Memperjelas

Jika postingan terasa membingungkan atau merasa salah bagi kita, maka klarifikasilah hal itu. Daripada langsung menjejalinya dengan berbagai komentar yang menyudutkan. Pertanyaan yang mendalam dan sopan bisa saja menjadi jalan untuk menyadarkan penulis akan kesalahannya.

 

Koreksi komentar

Memberikan koreksian seharusnya tak perlu dilakukan. Secara umum, memberikan koreksian kepada komentar orang lain hanya akan memakan banyak waktu. Tetapi jika hal itu berkaitan dengan kesalahan yang fatal atau doktrin yang salah, koreksian menjadi sangat penting seperti pesan Paulus dalam 2 Timotius 2: 24-25, “…sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar, dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran”.

Aktivitas berkomunikasi di media online atau sosial media memang sepatutnya didasari oleh kerendahan hati dan ucapan yang lembut. Tunggu dan berdoalah sampai Anda bisa berkomentar dengan cara yang sesuai dengan nasihat Paulus. Jangan sampai terjerumus dalam pembuang-buangan waktu untuk mengomentari orang lain (2 Timotius 2: 16). Jika postingan yang Anda baca tidak sesuai, tinggalkan komentar yang berasal dari iman dan jangan tersinggung jika tidak menerima tanggapan. Jika Anda mengenal penulis secara pribadi, hindari mengoreksinya di depan publik. Kirimi pesan secara pribadi atau telepon mereka jika perlu.

 

Baca Juga: Apasih yang Alkitab Sampaikan Soal Penggunaan Media Sosial?

 

Sebagai penutup, ingatlah pesan rasul Yakobus yang tertulis dalam Yakobus 3: 6, “Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka”.

Yakobus mengatakan agar tidak menimbulkan api dari lidah yang tidak terkekang. Sebaliknya, mari menahan bibir saat berbicara untuk tetap bisa memberikan kasih karunia kepada orang yang mendengarnya.  

Sumber : Desiringgod.org | Jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami