Sekolah Tinggi Teologi Bethel Bekasi Adakan Diskusi LGBT
Sumber: Daniel Tanamal - Jawaban.com

Internasional / 27 September 2015

Kalangan Sendiri

Sekolah Tinggi Teologi Bethel Bekasi Adakan Diskusi LGBT

daniel.tanamal Official Writer
6520

<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style>

Sekolah Tinggi Teologi Bethel Bekasi (STTB Bekasi) mengadakan diskusi panel mengenai Lesbian Gay Bisexual Transgender (LGBT) dan juga isu pernikahan sesama jenis dengan tema “Gelombang LGBTI yang Memanas” di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Mega Bekasi, Sabtu (26/9/2015), dengan narasumber Ketua II BPH GBI Pendeta Ferry H Kakiay, Dosen Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia (STT BI) Pendeta Junifrius Gultom dan Konselor Lifespring Michael Christian.

Diskusi yang dimoderatori oleh Rio Sihombing ini dimulai dengan penayangan video mengenai keberadaan dan praktek kehidupan LGBT dan pernikahan sesama jenis yang mulai di-sahkan (legal) secara hukum di Amerika Serikat dan dampak luasnya yang menyebar ke seluruh dunia, diikuti dengan salah satu video yang dibuat oleh kelompok pendukung LGBT dan pernikahan sesama jenis yang menjelaskan bahwa menurut mereka Alkitab tidak secara spesifik berbicara dan menentang keberadaan LGBT berikut dengan pernikahan sesama jenis.

Pendeta Junifrius Gultom yang menjadi pembicara pertama menguraikan isu LGBT dan pernikahan sesama jenis ini ditinjau dari sudut sosial, agama, dan tentunya pandangan teologis. Menurut Junifrius dari berbagai bukti alkitabiah, gaya hidup LGBT sangat bertolak belakang dengan kepercayaan Kristiani dan salah satu bentuk dari dosa. Begitupun dengan pernikahan sesama jenis yang dinilainya menabrak apa yang sudah digariskan oleh Firman Tuhan bahwa pernikahan adalah untuk sepasang Lelaki dan Perempuan, bukan untuk pasangan sejenis. Junifrius mengajak setiap Gereja dalam menghadapi sebuah isu untuk menyatakan sikapnya.

“Sebuah komunitas iman yang bernama gereja, menolak atau tidak, harus menentukan sikap terhadap isu-isu yang ada di masyarakat. Tentu didalam tubuh umat Kristen di Indonesia berkembang perbedaan dalam menyikapi isu ini. Namun secara gereja sebagai satu institusi belum ada yang secara terang, mengekspos untuk menyatakan sikapnya terhadap LGBT ini. Mungkin secara informal sudah, tapi belum keluar. Sebagai sebuah gereja pantekosta, baru GBI yang sudah menyatakan sikapnya secara terbuka. Jika gereja tidak mempunyai sikap maka gereja sudah tidak bisa diharapkan lagi,” katanya.

Sementara itu konselor Michael Christian melihat bahwa dilegalkannya LGBT dan pernikahan sesama jenis di AS berdampak terhadap meningkatnya aktivitas kaum LGBT. “Fenomenanya saat ini mengapa mereka begitu berkembang adalah aplikasi chat online bernama Gay Finder. Dimana dalam aplikasi itu dimungkinkan setiap mereka untuk berinteraksi secara luas. Mereka membentuk perkumpulan-perkumpulan khusus homoseksual, gay community yang muaranya menciptakan komunitas atau masyarakat homoseksual yang baru. Inilah tantangan gereja kedepan, maukah bersama-sama untuk menjangkau mereka secara langsung di lapangan?” papar konselor yang menangangi konseling individu, pasangan dan keluarga ini.

Terakhir Pendeta Ferry H Kakiay mengajak seluruh gereja untuk menerima kaum LGBT (orang yang punya kecenderungan LGBT) dan melayani mereka, dan secara bersamaan pula menentang gaya hidup LGBT dan menolak pernikahan sesama jenis. “Yang jelas semua orang harus kita layani tanpa memandang apapun. Memang Gereja-gereja kadang tidak mau menerima orang seperti ini. Yang penting kita tidak boleh menghina mereka dan harus menerima dan melayani mereka untuk berubah. GBI tak menerima kawin sejenis. Alkitab sudah menuliskan dengan jelas. Gereja melaksanakan pemberkatan nikah bukan untuk yang sejenis. Kita menerima mereka secara pribadi, tapi kita menolak gaya hidup LBGT itu. Setiap orang pasti bisa berubah,” tegasnya.

Dalam sesi tanya jawab, juga dihadirkan kesaksian dari Ketut Tinggartana atau biasa disapa Anggi, seorang mantan homoseksual dan pengguna obat-obatan terlarang yang kini telah bertobat, dipulihkan oleh Tuhan secara luarbiasa dan saat ini bersama-sama dengan keluarganya melayani Tuhan. Diskusi yang diselenggarakan STTB Bekasi ini menjadi salah satu medium untuk memperlengkapi jemaat dalam isu-isu yang berkembang didalam masyarakat untuk tidak terjerumus kedalam hal negatif yang diluar Firman namun dapat teguh dalam iman dan terus menjadi berkat bagi banyak orang melalui kasih Kristus yang terpancar dalam kehidupan kita sehari-hari.



Sumber : Jawaban.com | Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami