<!--[if gte mso 9]><xml>
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyoroti beberapa fokus persoalan yang saat ini tengah dihadapi oleh masyarakat dunia. Terutama mengenai Sidang Umum PBB yang akan berlangsung tanggal 25 September 2015 di New York, Amerika Serikat. Para pimpinan agama diberbagai belahan dunia bersama dengan berbagai elemen komunitas masyarakat berdoa bersama untuk mendorong para pemimpin negara yang akan bersidang agar memberikan perhatian serius dan mengambil tindakan bersama untuk masa depan bumi dan kemanusiaan.
Sejalan dengan telah dilaksanakannya aksi doa bersama bersama lintas agama dibawah tema “Under One Sky We Will Light The Way On Climate Change” pada malam 24 September 2015, PGI melalui siaran persnya mengajak umat tanpa memandang latar belakang agama, etnis dan bangsa, mendoakan Paus Fransiskus mendesak para pemimpin dunia agar mengambil tindakan bersama bagi masa depan dunia yang lebih baik.
PGI menyatakan menyoroti empat fokus persoalan yaitu pertama kerusakan alam yang telah mencapai titik kritis. Dimana kerusakan ini berdampak terhadap timbulnya bencana alam dimana-mana. Selain itu pengaruh besar dirasakan juga di beberapa sistem dan sektor penting yang berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia, termasuk sumber daya air, ketahanan pangan dan kesehatan yang juga berdampak pada kemiskinan.
Kedua, sistem ekonomi yang berangkat dari etos keserakahan dianggap terbukti telah menciptakan kemiskinan global. Dampak dari kemiskinan yang sistemik ini menyebabkan penderitaan yang tidak
bisa ditolerir dan sering menjadi sumber keterasingan, kemarahan bahkan
kebencian dan sumber perlawanan. Kemiskinan dapat memproduksi tindakan
permusuhan dengan mencari pembenaran di dalam pendasaran agama, kemiskinan mengancam perdamaian dan keamanan.
Ketiga, gelombang pengungsian besar-besaran akibat
perang mengakibatkan penderitaan dan hilangnya harapan bagi korban. Pengungsi
Suriah dan banyak lagi dari berbagai Negara yang dilanda konflik dan perang
adalah korban. Mereka harus melarikan diri dari kampung halaman mereka karena
tidak ada masa depan di tanah mereka. Karenanya, mereka mencoba menemukan
harapan baru di negara lain. Masalah pengungsi adalah masalah kemanusiaan, bukan tentang agama atau etnis.
Keempat, untuk menjamin sebuah suasana damai yang sejati dibutuhkan sikap penghargaan akan kesetaraan. Ketaksetaraan adalah masalah serius bagi kita. Bukan hanya di negara-negara berkembang, melainkan juga di negara maju. Dengan adanya kesetaraan, maka warga dunia bisa menerima dan menyambut sesamanya. Tanpa kesetaraan maka tidak ada perdamaian yang sejati di dalam satu dunia sebagai rumah bersama bagi semua.
Untuk itu PGI bersama-sama meminta agar setiap pemimpin bangsa yang tengah bersidang untuk memperhatikan dengan serius sekaligus mencari pemecahan bersama untuk sebuah alternatif terhadap sebuah sistem ekonomi yang lebih seimbang antar bangsa dan menghargai kemanusiaan, memperlakukan para pengungsi sebagai manusia dan meminta agar pemimpin mau mendesak negara-negara Arab agar menaruh perhatian lebih untuk membuat perdamaian di Jazirah Arab. Selain itu para pemimpin bangsa diminta memperhatikan dengan serius persoalan-persoalan diskriminasi dalam berbagai bentuk yang menimbulkan pembedaan sikap dan perlakuan terhadap umat manusia.