Inilah Risiko Jika Hidup Melajang Hingga Berusia Lanjut
Sumber: www.huffingtonpost.com

Single / 21 August 2015

Kalangan Sendiri

Inilah Risiko Jika Hidup Melajang Hingga Berusia Lanjut

Lori Official Writer
5880

Penurunan keinginan untuk menikah menunjukkan bahwa hal itu dilatarbelakangi oleh tingkat ekonomi. Namun menurut peneliti medis Angelo E. Volandes, kondisi ini bisa saja berdampak pada kesehatan.

Hal ini dialami oleh seorang wanita lajang berusia 69 tahun bernama Judith yang kini menderita penyakit demensi atau penyakit pikun yang disebabkan oleh penurunan fungsional kerja otak. Di usia rentanya, ia hidup sebatang kara dan tidak memiliki siapa-siapa untuk merawatnya. Hal itu membuat konsidi kesehatannya semakin memburuk. Oleh karena itu, rumah sakit mengaku kesulitan mengambil keputusan secara personal yang seharusnya ditangani oleh pihak keluarga.

“Dulu, kedokteran Amerika mengandalkan kehadiran pasangan, anggota keluarga atau teman untuk membantu membuat keputusan bagi pasien penderita penyakit Alzheimer. Hal itu tidak lagi berlaku dalam kasus seperti ini,” tutur Volandes.

Menurut Volandes, program pemerintah yang dimaksudkan untuk memastikan para lajang yang sudah berusia lanjut memiliki wali dinilai tidak praktis dan menghabiskan biaya. Karena tidak ada cara lain yang paling efektif untuk menggantikan keluarga.  

Meski begitu, Robert Montenegro dari Big Think meyakinkan bahwa hanya karena tingkat pernikahan yang semakin rendah bukan berarti tidak ada seseorang yang mau merawat para lajang yang sudah berumur. “Kami tahu hal itu tidak selalu terjadi karena ada banyak orang yang belum menikah yang memiliki anak atau mitra. Tetapi inti dari argumen (Volandes) itu kecil sekali; perhatian utamanya adalah hal yang valid. Kita akan melihat banyak lajang tanpa anak akan mengalami penyakit demensia di generasi mendatang”.

Risiko hidup melajang ini juga sudah pernah diterbitkan di The New York Times oleh penulis Tara Parker-Pope pada tahun 2008 silam. Ia menyatakan keprihatinan serupa. Tarker khawatir apabila tren hidup melajang ini sesungguhnya akan meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. “Sudah sejak lama diketahui bahwa hubungan sosial dapat menurunkan risiko penyakit demensia,” tulisnya.

Meskipun ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh kaum lajang untuk membangun kehidupan sosialnya hingga di usia tua, namun memiliki pasangan atau keluarga adalah sesuatu hal yang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menemukan bahwa mereka yang memiliki pasangan berisiko 50 persen lebih rendah mengalami demensia di masa tuanya.

Kendati hal ini menjadi salah satu alasan untuk menikah, tetapi bukan berarti Anda para lajang memaksakan diri untuk menikah. Jadi, pikirkan dengan baik dan tetaplah meminta apabila Anda benar-benar memiliki kerinduan untuk hidup bersama dengan orang lain dalam sebuah ikatan pernikahan.

Sumber : Desertnews.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami