Fenomena Pacar Sewaan, Antara Dorongan Gengsi atau Bisnis
Sumber: youqueen.com

Single / 7 August 2015

Kalangan Sendiri

Fenomena Pacar Sewaan, Antara Dorongan Gengsi atau Bisnis

Lori Official Writer
17811

Sebagian orang menjadi single atau lajang adalah pilihan. Mereka punya standar dan kriteria khusus untuk menjadikan seseorang sebagai pasangan. Orang-orang demikian tidak malu menghadiri acara-acara besar yang dipenuhi dengan orang-orang yang sudah memiliki pasangan.

Namun banyak kaum lajang yang justru merasa gengsi dan minder ketika belum punya pasangan. Atau merasa tersaingi dengan mantan pacar yang sudah punya pasangan. Kedua alasan ini membuat mereka semakin tertekan oleh ejekan dan cemoohan orang lain terhadapnya.

Untuk menghindari hal menyakitkan itu, kaum lajang masa kini memilih untuk memanipulasi status dengan mencari pacar sewaan. Wajar bila banyak pihak menjadikan hal ini sebagai lahan bisnis yang menjanjikan. Penyewaan pacar jelas tidak berbicara soal cinta, seperti idealnya sebuah hubungan yang dijalani oleh sepasang kekasih. Tetapi hal ini hanya didasarkan pada bisnis saling membutuhkan antara si lajang dan pebisnis sewa pacar. Ibaratnya seperti teori ekonomi supply and demand, yaitu dimana permintaan di situ ada penawaran.

Secara psikologi, mereka yang kerap menggunakan jasa ini biasanya adalah kaum lajang yang tengah menghadapi tekanan mental dari lingkungan. Mereka yang masih remaja ataupun dewasa terjepit oleh tuntutan kehidupan modern. Gengsi mendorong mereka untuk mencari pasangan yang bisa mendampinginya dalam acara-acara tertentu, seperti pernikahan, wisuda dan acara reuni akbar. Mereka hanya sekadar adu pamer dengan teman-teman dan pergaulan untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Pacar sewaan menjadi fenomena yang sudah tumbuh subur belakangan ini. Baik penyewa dan yang menyewakan sama-sama mendapatkan profit yang pantas. Namun bagaimana pun tindakan ini jelas menjadi norma baru yang muncul dan bertentangan dengan norma yang ada soal proses dalam sebuah hubungan. Tentunya hal ini bertolak belakang dengan semangat kaum lajang yang senantiasa berusaha keras berjuang untuk mendapatkan pasangan dengan jalan yang normal dan didasari oleh penerimaan satu dengan yang lain.

Fenomena ini menjadi salah satu tantangan bagi kaum lajang, terutama yang telah mencapai usia emas yang kerap banyak mendapat pertanyaan soal status dari lingkungan sekitar. Di tengah tekanan itu, mereka dituntut untuk memiliki mental yang tangguh dan berani untuk meresponi komentar-komentar tajam. Salah satunya adalah dengan menyadari bahwa status pacaran tak akan bermakna apa-apa jika tidak didasarkan oleh kesiapan, penerimaan, dan waktunya Tuhan bagi kaum lajang untuk dipertemukan dengan orang yang tepat.

Dengan demikian, adalah hal yang keliru ketika kaum lajang memanipulasi status dengan cara-cara yang instan, melakukan cara-cara yang tidak wajar hanya sekadar mendapat pengakuan. Begitu juga dengan pihak penjaja pacar sewaan sepatutnya menyadari bahwa bisnis tersebut justru hanya akan merusak norma yang sudah ada sebelumnya di masyarakat

Sumber : Berbagai Sumber/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami