Hubungan Indonesia – Australia Dinilai Sedang di Titik Kritis

Nasional / 30 June 2015

Kalangan Sendiri

Hubungan Indonesia – Australia Dinilai Sedang di Titik Kritis

daniel.tanamal Official Writer
5899
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style>

Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa melihat bahwa usai eksekusi Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada April lalu, komunikasi diantara Pemerintah Indonesia dan Australia sama sekali tidak terjalin, sehingga dirinya menilai saat ini hubungan keduanya sedang berada di titik kritis.

Oleh karena itu, Marty Natalegawa mengusulkan kerangka kerja sama baru antar-kedua negara guna mengatasi ketegangan yang mungkin terjadi pada masa depan. "Sekarang berada di titik kritis. Saya berharap para pemimpin kedua negara memiliki perasaan terdesak untuk membangun kembali komunikasi," katanya.

Hal itu disampaikan Marty dalam Forum Crawford Australian Leadership (CALF) di Australian National University (ANU) di Canberra dalam diskusi mengenai keadaan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo. Marty mengatakan, kerangka kerja baru itu akan bisa membantu mengurangi ketegangan pada masa depan dan juga kurangnya komunikasi antar-kedua negara.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan jaringan televisi Australia Sky News, Marty Natalegawa yang menjadi Menlu Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, dia menduga saat ini tidak ada komunikasi pribadi sama sekali antar-pejabat kedua negara. "Kedua negara memiliki masa sulit sebelumnya, tetapi pada saat itu pun selalu ada komunikasi yang terjadi. Saya tidak tahu apakah bentuk komunikasi seperti itu terjadi sekarang ini, baik secara publik maupun pribadi," kata Marty.

Selain masalah eksekusi "Bali Nine", ketegangan hubungan antar-kedua negara juga terjadi atas masalah pencari suaka. Beberapa minggu lalu, pejabat Australia dilaporkan memberikan uang kepada penyelundup manusia sehingga mereka kembali lagi ke perairan Indonesia.

Dikutip dari situs ANU, dalam diskusi Forum CALF ini, juga hadir mantan Duta Besar Australia untuk Indonesia Bill Farmer yang mengatakan bahwa Australia dan Indonesia adalah mitra sejati, meskipun hubungan kedua negara kadang terganggu dengan masalah seperti ekspor sapi, eksekusi Bali Nine, dan pendirian Australia soal pencari suaka.

Farmer mengatakan, Australia harus memperlakukan Indonesia dengan rasa hormat. "Australia harus memperlakukan Indonesia dengan hormat dan membuang megafon (mengajari apa yang harus dilakukan Indonesia). Kita tentu juga berharap ada rasa hormat dan pengertian yang sama dari Indoensia," kata Farmer.

Menyusul eksekusi Chan dan Syukumaran, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson sempat ditarik walau sekarang sudah kembali ke Jakarta. Berbeda dengan dinginnya hubungan antar-kedua pemerintahan, di tingkat akar rumput, hubungan antar-kedua negara di bidang pendidikan dan yang lain tetap berjalan normal.

 



Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami