Hadapi Hukuman Mati, Dua Pendeta Sudan Nyatakan Tidak Takut

Internasional / 9 June 2015

Kalangan Sendiri

Hadapi Hukuman Mati, Dua Pendeta Sudan Nyatakan Tidak Takut

daniel.tanamal Official Writer
8505
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-fareast-language:EN-US;} </style>

Dua pendeta asal Sudan Selatan yaitu Yat Michael Ruot dan Peter Yein Reith yang kini tengah diadili oleh otoritas keamanan Republik Sudan mengatakan bahwa mereka tidak punya rasa takut sama sekali terhadap hukuman mati yang mengancam mereka. Kedua pendeta Presbyterian itu ditangkap saat melakukan perjalanan ke Sudan Utara dengan tuduhan berlapis seperti spionase, dan menyerang keyakinan agama tertentu.

“Saya tidak takut terhadap apapun. Saya tidak akan pernah mau takut terhadap apapun karena ini (memberitakan Firman Tuhan) adalah cinta saya. Ini adalah iman percaya saya. Tuhan memilih saya untuk pengorbanan ini,” kata Peter Yein berbicara kepada CBN News dari dalam sel penjaranya di Khartoum.

Terhadap dakwaan berlapis yang disangkakan kepada mereka, kedua pendeta murah senyum ini menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak melakukan jenis kejahatan apapun. Yat Michael Ruot mengatakan bahwa dirinya sendiri tidak tahu mengapa pihak keamanan menangkap mereka. “Kami hanya berangkat untuk melayani di gereja kami. Saya berkhotbah karena ini adalah panggilan saya. Saya pendeta, saya harus memberitakan Firman Tuhan. Itu saja,” tambahnya.

Keduanya juga memastikan bahwa mereka tidak mengalami kekerasan fisik didalam penjara, namun intimidasi psikologis kerap kali mereka alami. Salah satunya adalah mereka belum bisa diizinkan untuk menemui keluarga mereka yang ingin menjenguk. Yein mengatakan bahwa keadaan ini tidak menghentikan mereka untuk memberitakan Firman Tuhan dan didalam penjara mereka memiliki sebuah gereja yang digunakan untuk beribadah dan berdoa bersama tahanan-tahanan lainnya. “Keadaan ini hanya semacam ujian untuk menyatakan kemuliaan Tuhan ditempat ini dan bagi kami untuk membawa damai surga bersama para tahanan dan juga untuk orang-orang yang kini menahan kami,” katanya.

Kebijakan Pemerintah Sudan dalam perlindungan umat beragama memang sangat kecil. Sejak lima tahun terakhir, negara itu selalu melakukan diskriminasi dan intimidasi bagi pemeluk keyakinan minoritas. Hingga saat ini Sudan masuk dalam daftar Open Doors World Watch List  untuk kategori 50 negara di dunia yang melakukan penganiayaan terhadap umat Kristen.




Sumber : CBN | Christian Post | Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami