Munas PGLII Dinilai Tidak Berjalan Secara Injili

Internasional / 8 May 2015

Kalangan Sendiri

Munas PGLII Dinilai Tidak Berjalan Secara Injili

daniel.tanamal Official Writer
3896
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style>

Pendeta Jerry Tawalujan menilai Musyawarah Nasional XI Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (Munas PGLII) yang diselenggarakan pada akhir Maret 2015 lalu tidak berjalan secara injili. Jerry yang juga menjadi salah satu bakal calon ketua melihat adanya rekayasa dari segelintir elit di PGLII yang ingin memenangkan calon tertentu untuk menjadi ketua.

“Munas kemarin sayangnya tidak berjalan secara injili. Banyak rekayasa-rekayasa yang sudah dibuat, baik oleh panitia dan sebagian majelis pertimbangan. Bahkan pimpinan sidang terlihat merekayasa, apapun yang terjadi, calon tertentu harus menang dan calon tertentu harus kalah. Jadi calon lain yang harus kalah ini dikatakan tidak injili. Inilah mereka yang tidak direstui sebenarnya untuk memimpin PGLII, oleh segelintir elit disana. Mereka (calon yang tidak direstui) di-kambinghitamkan dan dikatakan tidak injili, padahal mereka (segelintir elit dan panitia) sendiri menjalankan hal itu dengan cara yang tidak injili,” katanya, dihubungi Jawaban.com, Selasa (5/5/2015).

Jerry mencatat ada beberapa pelanggaran yang nyata terjadi dalam pemilihan ketua di Munas kali ini. Bahkan ada pula black campaign yang digulirkan menjurus pada hal rasial dan tuduhan melakukan money politics. “Ketua saat ini ternyata tidak diutus oleh lembaga darimana dia berasal. Padahal Ada klausul di AD-ART dan di Tatib bahwa calon ketua umum harus mendapatkan dukungan dari lembaga (Sinode dan Yayasan) pengutusnya. Ada black campaign, yaitu (calon yang tidak direstui) perlu dipertanyakan keinjiliannya. Bahkan sampai Pak Japarlin (Pdt Japarlin Marbun – salah satu calon ketua) yang jelas orang Batak, dibilang bukan orang Batak tapi orang Cina - untuk membelah suara orang-orang Batak di disitu. Ada juga tuduhan melakukan money politics, padahal ini ‘maling teriak maling’ dan saya ada buktinya,” tambah Jerry.

Beberapa pelanggaran lain yang terjadi, seperti disebutkan Jerry adalah lima calon ketua dengan suara terbanyak yaitu Pdt Ronny Mandang, Pdt Japarlin Marbun, Pdt Jerry Tawalujan, Pdt Sadjamudin Gumay dan Pdt Freddy Sunyoto tidak diberikan waktu untuk menyampaikan visi misi. Padahal sesi tersebut diatur oleh AD ART dan Tatib. Pelanggaran lainnya adalah, kelima nama tersebut yang seharusnya menjadi tim formatur dan akan membentuk kepengurusan, ternyata tidak menjalani proses tersebut.

“Padahal tidak ada rapat formatur. Dan saya tidak diundang atau dipanggil dalam rapat formatur. Karena rapat ini sudah dibentuk secara sepihak oleh ketua dan sekum yang sudah terpilih saat ini. Setelah sudah jadi, kami baru diberi tahu. Ini tidak ada rapat formatur. Dapat dikatakan proses ini semua adalah inkonstitusional. Karena inkonstitusional, bisa dikatakan ini batal demi hukum.”

Meskipun Jerry bersama dua calon ketua lainnya menyatakan menggugat hasil Munas tersebut, namun dirinya sebagai seorang Hamba Tuhan tidak mau membesar-besarkan masalah ini dan tetap mendoakan kepengurusan PGLII yang berjalan saat ini.

“Saya pribadi lebih mengedepankan kesatuan Tubuh Kristus daripada kepentingan organisasi. Dan saya tidak ingin memecah belah PGLII. Saya pribadi tidak mau membesar-besarkan. Sebagai Hamba Tuhan, saya mendoakan pengurus PGLII sekarang berjalan dengan baik dan mereka bisa mengayomi dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh para anggota. Saya mendoakan dan memberkati mereka, dan tidak akan meributkan hal itu. Saya masih Hamba Tuhan dengan moral yang baik,” tutupnya.

 

 

Sumber : Jawaban.com | Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami